TEMPO.CO, Jakarta - Hingga hari ketiga kemarin, Trade Expo Indonesia 2012 telah mencatatkan nilai transaksi sebesar US$ 641,05 juta, atau sekitar Rp 6,08 triliun. Meski nilai transaksi ini masih jauh di bawah target yang ditetapkan, yakni US$ 2 miliar atau sekitar Rp 19 triliun, Kementerian Perdagangan masih cukup optimistis target tercapai. Sebab, pameran masih berlangsung hingga hari ini. "Saat ini masih ada negosiasi-negosiasi yang masih berjalan," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Gusmardi Bustami, Sabtu, 20 Oktober 2012.
Salah satu potensi transaksi terbesar, menurut Bustami, sedang dinegosiasikan oleh sebuah perusahaan konstruksi nasional. Mereka menjadi nomine untuk membangun gedung-gedung parlemen di 53 negara di Afrika dengan nilai US$ 2 miliar. Proyek itu dikoordinasikan oleh Afrika Selatan. "Tapi masih terlalu dini untuk diungkapkan perusahaannya ini. Kita berdoa saja," kata Gusmardi.
Sementara itu, nilai transaksi produk (tanpa memperhitungkan sektor jasa) yang didapat melalui ajang TEI adalah US$ 436,41 juta. Pembeli terbesar adalah Arabi Saudi US$ 200,17 juta, diikuti Afrika Selatan US$ 150,78 juta, Australia US $ 21,87 juta, Nigeria US$ 15,03 juta, dan India US$ 10,77 juta.
Sejauh ini, transaksi didominasi oleh produk-produk otomotif dan komponennya (50,08 persen), elektronik (32,10 persen), kayu (9,68 persen), kertas (3,65 persen), dan alas kaki (1,27 persen).
Pada TEI kali ini, salah satu usaha kecil menengah (UKM) yang berhasil memperoleh transaksi yang cukup tinggi adalah UD Dekor Asia yang memproduksi rumah bambu. Vila dan gazebo "bongkar-pasang" mereka dipesan oleh pengusaha-pengusaha hotel dan restoran dari Mesir, Dubai, Kuwait, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang. "Alhamdulillah pesanannya sampai US$ 200 ribu," kata Direktur Dekor Asia, Bambang Wijaya.
PINGIT ARIA