TEMPO.CO, London - Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang baru berusia 15 tahun dan ditembak secara brutal oleh Taliban karena perannya menjadi aktivis pendidikan untuk wanita, terbangun dari koma dan berhasil berdiri di ruangannya, di sebuah rumah sakit di London, Jumat lalu.
Malala dikabarkan tampak lebih berseri-seri dan warga Pakistan pun menyambut kabar terakhir ini dengan gembira. Bahkan, putri Benazir Bhutto menulis dalam Twitter-nya: “Keajaiban hari ini! Malala sanggup bangun dan berdiri.”
Kisah tragis penembakan Malala menghiasi halaman-halaman muka seluruh media di Pakistan, bahkan di seluruh dunia.
Gayle Lemmon, Deputy Director of the Women and Policy program of the Council on Foreign Relations, menyebut Malala sebagai simbol begitu banyak remaja dan wanita muda.
“Dia menjadi simbol bagi remaja muda lainnya yang tidak pernah Anda temui, yang sangat berani menghadapi bahaya diserang zat asam atau diracun untuk sebuah tindakan sederhana saja, yakni hanya duduk dan belajar di kelas,” kata Lemmon yang juga adalah penulis buku laris tentang kehidupan di bawah Taliban, The Dressmaker of Khair Khana.
Dia melanjutkan, “Kamu bisa saja membunuh anak berusia 15 tahun, tapi kamu tidak bisa membunuh sebuah ide dan saya yakin ia (Malala) akan lebih punya kekuatan penuh, menjadi sebuah simbol perlawanan hanya dengan pergi ke sekolah setiap hari.”
Lemmon, yang berbicara pada acara CBS This Morning: Saturday, menambahkan lagi bahwa pada 2009 Malala pernah mengatakan, “mereka tidak bisa menghentikan saya”.
“Dia benar-benar tidak akan berhenti, tidak akan tinggal diam, bahkan setelah dia ditembak sekalipun,” ujar Lemmon. “Dan saya tidak bisa membayangkan sekarang bagaimana dunia benar-benar menaruh perhatian terhadap perlawanan berani dari para gadis muda ini yang hanya mempersenjatai diri mereka dengan ransel di punggung utnuk pergi ke sekolah. Perlawanan ini tidak akan bisa dihentikan lagi sekarang.”
Menurut Lemmon, jika nanti Malala kembali ke rumahnya di Pakistan, setelah pulih dan menjalani perawatan menyeluruh di Inggris, dia akan diterima sebagai pahlawan. Banyak gadis-gadis muda seperti Malala yang juga memiliki keberanian dan cerita yang sama.
“Sepanjang waktu mereka terus melawan, dengan dukungan ayah-ayah mereka, seperti yang dilakukan oleh Malala. Hampir tak ada seorang pun yang menaruh perhatian terhadap perlawanan diam mereka sampai sesuatu yang ekstrem terjadi, yang memaksa dunia menaruh perhatian untuk memperhatikan pertumbuhan gadis-gadis ini di negeri asalnya,” kata Lemmon.
Dia pun menceritakan selama bertahun-tahun ini sudah mewawancarai sejumlah wanita yang dengan berani mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendirikan ruang kelas dan gadis-gadis muda pemberani yang nekad tetap duduk di kelas itu.
Menurut Lemmon, dengan peristiwa penembakan Malala ini, dunia tidak mungkin akan melupakan perjuangan para gadis muda ini. Kalaupun dunia nanti akan melupakannya, para gadis ini akan tetap memperjuangkan hak mereka untuk tetap bersekolah.
Lemmon menambahkan, pada 2001, kurang dari 1 persen gadis-gadis di Afganistan yang bersekolah. Saat ini ada sekitar 3 juta perempuan yang pergi ke sekolah. Meski setiap hari mereka pergi ke sekolah di bawah ancaman dan mereka melawannya hanya dengan duduk dan belajar.
CBS NEWS | GRACE S GANDHI
Berita Terkait:
Siapakah Malala Yousafzai?
Perjuangan Malala Yousafzai Melawan Luka Tembak
Majalah Anak Ini Menulis Tips Bikin Bom Molotov
Timur Tengah Alami Suhu Terpanas Selama Ramadan
Tunisia Tetapkan Jam Malam