TEMPO.CO, Jakarta - Sikap defensif pasar menjelang pertemuan bank sentral Eropa dan bank sentral Amerika, besok, membuat rupiah masih tertahan di level 9.600 per dolar.
Pada transaksi pasar uang hari ini, Selasa, 23 Oktober 2012, rupiah ditutup kembali melemah 6 poin (0,06 persen) ke level 9.608 per dolar Amerika Serikat. Pelemahan nilai tukar juga dialami mayoritas mata uang Asia.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara 1906, Rully Nova, mengatakan, tidak adanya sinyal positif dari pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Amerika (The Fed) yang akan dilangsungkan besok malam membuat investor mengambil sikap defensif.
"Mereka cenderung memilih mata uang yang kuat, yaitu dolar AS, serta melepas portofolionya di pasar berkembang," ujar Rully.
Selain itu, bayang-bayang pelambatan ekonomi global serta tingginya permintaan dolar di pasar domestik untuk memenuhi kewajiban impor menjelang akhir bulan juga ikut menyeret rupiah.
Setelah ECB maupun The Fed mengeluarkan stimulus moneternya September lalu, investor masih menanti perkembangan positif dari efek stimulus itu. Pelaku pasar berharap setelah pertemuan nanti malam akan ada keputusan yang melegakan, terutama mengenai masalah dana talangan Spanyol dan Yunani.
Skema pembelian surat utang (OMT) hingga saat ini tak kunjung menemui titik temu sehingga membatasi tindakan bank sentral untuk melangkah lebih jauh. "Ini karena persyaratan dan limit bantuan bagi penerima dana talangan masih diperdebatkan oleh para pemimpin Uni Eropa," kata Rully.
Rully mengatakan, minimnya sinyal positif dari pertemuan bank sentral membuat investor akan mencari aman dan kehilangan gairah untuk mengoleksi aset-aset di pasar berkembang, termasuk rupiah.
Hingga pukul 17.00 WIB, euro ditransaksikan di kisaran US$ 1,3029, sementara poundsterling ditransaksikan di US$ 1,6005, dan yen 79,86 per dolar AS.
Mata uang Asia cenderung melemah. Dolar Singapura ditransaksikan di level 1,231 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7498 per dolar AS, won 1.103,80 per dolar AS. Kemudian yuan ditransaksikan di 6,2480 per dolar AS, ringgit 3,0568 per dolar AS, dan baht 30,75 per dolar AS.
M. AZHAR | PDAT
Berita lain:
Internet RI Tak Bisa Dibandingkan dengan Singapura
Satwa Langka Mati, Garuda Indonesia Disidik
Cina Dominasi Investasi Smelter di Indonesia
Presiden SBY Datang, Bandara Sepinggan Ditutup
HKTI Siapkan 100 Ribu Hektare Lahan Jagung