TEMPO.CO, Stockholm - Produsen telepon seluler, Ericsson AB, mencatatkan penurunan laba 43 persen pada kuartal ketiga tahun ini. Hal ini dipicu oleh pembelanjaan yang lebih rendah di tengah kondisi ekonomi yang sedang lesu.
“Kami melihat adanya perlambatan ekonomi yang terus terjadi dan gejolak politik di beberapa belahan dunia. Hal ini membuat perusahaan berhati-hati dalam pengeluaran,” kata CEO Ericsson, Hans Vestberg Sabtu, di Stockholm, Swedia.
Laba bersih perusahaan melemah menjadi 2,18 miliar kronor (US$ 324 juta) dari 3,82 miliar kronor. Margin kotor, persentase penjualan setelah dikurangi biaya produksi, pun turun menjadi 30,4 persen dari 35 persen. Level ini lebih rendah dari estimasi analis yang mencapai 32,2 persen.
Ericsson memangkas nilai investasi jaringan seiring terjadinya krisis ekonomi global. Untuk mengimbangi permintaan yang juga turun serta persaingan dari Huawei Technologies Co. dan Nokia Siemens Networks, Ericsson menjual layanan lain seperti manajemen jaringan dan pemeliharan peralatan.
“Margin kotor perusahaan melemah pada kuartal ini, sehingga kenaikan laba akan terjadi dalam waktu yang masih lama,” kata analis Pohjola Bank Oyj, Hannu Rauhala, seperti dikutip laman Bloomberg. Tapi, Hannu menyatakan fondasi bisnis perusahaan yang kuat membuat potensi kenaikan laba masih terbuka lebar. “Saat kondisi bisnis membaik dan dengan naiknya tren penggunaan ponsel cerdas, margin dan laba perusahaan akan kembali naik,” katanya.
Penjualan ponsel cerdas Ericsson dikatakan turun 1,7 persen menjadi 54,6 miliar kronor. Sedangkan penjualan layanan global dan layanan solusi naik 20 persen. Layanan global dan layanan solusi memberikan kontribusi lebih dari 20 persen pada pendapatan perusahaan.
ANANDA W. TERESIA | BLOOMBERG