TEMPO.CO, Manchester - Sepulang dari Amsterdam, Roberto Mancini tertimpa beban berat. Bukan hanya karena timnya kalah 1-3 oleh Ajax dalam laga Liga Champions lalu, tapi juga dia menjadi biang kesalahan dari kekalahan itu. "Saya memang salah. Saya tidak mempersiapkan skuad yang dapat bermain dengan baik," katanya.
Mengaku salah, tapi Mancini juga melemparkan kesalahan itu kepada pemainnya. Menurut lelaki asal Italia itu, dia telah mempersiapkan strategi jitu untuk pertandingan tersebut, namun di lapangan ternyata tidak sesuai dengan harapannya. "Tadinya saya pikir itu bisa menjadi salah satu cara yang berguna di lapangan," katanya.
Permainan yang diinstruksikan kepada pemainnya memang berbeda dari kebiasaannya. Dia memasang tiga bek di belakang. Biasanya, dia menyiapkan strategi dengan pola awal 4-4-2. Pada babak pertama, berhasil. Gol Samir Nasri membuat mereka unggul. Saat skor imbang 1-1 berakhir pada babak pertama, Mancini masih yakin dengan taktiknya itu.
Namun, pada babak kedua, mereka kebobolan dua gol. "Setelah gol kedua, kami hancur," kata Micah Richards, bek Manchester City. Taktik yang berat, memang. Bahkan, pemain sekualitas Vincent Kompany tak bisa tampil bagus. Pemain lainnya, Joleon Lescott dan Gael Clichy, sama-sama tak nyaman. Mereka menginginkan Mancini kembali ke pola semula.
Sistem pertahanan ini tidak baru juga sebenarnya. Mancini sudah menerapkannya dalam beberapa pertandingan sebelumnya. Taktik ini merupakan racikan Mancini bersama Angelo Gregucci, asisten yang baru untuk urusan pertahanan.
Hasilnya, tidak bagus. City hanya bisa bermain imbang 2-2 ketika melawat ke Anfield, Agustus lalu. City malah tersingkir dari Piala Liga setelah digusur Aston Villa, 4-2. Total, dalam 12 pertandingan, mereka kebobolan 20 kali.
Kalah oleh Ajax semakin menyulitkan langkah mereka di Liga Champions. Padahal, turnamen yang menyediakan total hadiah 18,2 juta pound sterling ini merupakan salah satu target yang dituju City.
Melaju sampai jauh, apalagi bisa menjadi juara, akan sangat memudahkan klub ini dalam memenuhi ketentuan UEFA tentang financial fair--yang mengutamakan keseimbangan neraca keuangan. Musim lalu, mereka kena rapor merah akibat neraca yang "besar pasak daripada tiang".
Untuk lolos ke babak berikutnya tidaklah mudah. Berada di posisi paling bawah di grup maut, City membutuhkan semua kemenangan. "Kami membutuhkan keajaiban untuk itu," kata Mancini, gundah.
Jauh sebelum keajaiban itu datang, Mancini punya tugas untuk merangkul kembali pemainnya. Kini hubungan dia dengan Joleon Lescott--yang sempat dijadikan kambing hitam di Amsterdam--kurang harmonis.
Yang jelas, kisruh ini menguntungkan Swansea, calon lawan mereka di Etihad nanti malam. Michael Laudrup, manajer klub itu, merasa yakin timnya bisa mengatasi permainan sang juara bertahan. "Apa yang disajikan Ajax saat mengalahkan City menjadi cetak biru untuk mengalahkan City," katanya.
Meski tak menunjuk secara jelas, dia melihat taktik bertahan menjadi kelemahan City. "Siapa pun akan kesulitan mengawal pemain lawan yang masuk ke kotak penalti. Dua gol pertama Ajax disebabkan oleh itu," katanya.
Seperti kata pemainnya, Mancini harus kembali ke pola lama.
DAILY MAIL | INDEPENDENT | THE SUN | IRFAN
Berita Terpopuler Lainnya:
Mancini Balas Komentar Richards
Gita Wirjawan: Saya Mengidolakan Icuk
Kontra Chelsea, Laga Krusial buat MU
Rekor-rekor Lionel Messi
Hiddink Bantah Anzhi Tertarik dengan Rooney