TEMPO.CO, Jakarta - Mohammad Tabrani Soerjowitjitro merupakan tokoh kunci dalam Kongres Pemuda Pertama yang berlangsung pada tahun 1926. Ia menjadi penggagas sekaligus ketua panitia kongres. Tabrani juga menentang dijadikannya bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dalam poin ketiga Sumpah Pemuda.
Siapakah Tabrani? Mengutip laporan khusus Majalah Tempo edisi 2 November 2008, Tabrani lahir di Pamekasan, Madura, pada 10 Oktober 1904. Setelah menamatkan pendidikan di MULO di Surabaya. MULO adalah singkatan dari bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, yang merupakan Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.
Tabrani kemudian melanjutkan sekolah di Algemeen Metddlebare School (AMS) atau setingkat Sekolah Menengah Atas di Bandung. Kemudian dia melanjutkan studi ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), juga di Bandung. Sejak di MULO, Tabrani aktif di Jong Java.
Meski menuntut ilmu di sekolah calon pamong praja, Tabrani lebih berminat pada jurnalistik. Pada 1926 ia sudah memimpin harian Hindia Baroe bersama Haji Agus Salim. Selepas Kongres Pemuda Pertama, ia berkeliling Eropa, hingga 1931, mencari pengalaman jurnalistik. Tabrani, antara lain, mengunjungi London, Berlin, Koln, dan Wina. Sembari membantu koran-koran Belanda, seperti Het Volk dan De Teleraaf.
Setelah pulang ke Tanah Air, ia mendirikan Partai Rakyat Indonesia dan menerbitkan majalah Revue Politiek. Beberapa tahun kemudian, Tabrani memimpin harian Pemandangan. Dalam Kongres Persatoean Djoernalis Indonesia Kelima di Solo 1939, Tabrani terpilih sebagai ketua.
Pada zaman Jepang, ia memimpin koran Tjahaja di Bandung. Pada zaman Jepang ini pula ia pernah dijebloskan ke penjara Sukamiskin. Ia disiksa hingga kakinya cacat sampai pincang. Lepas dari penjara, Tabrani memimpin Indonesia Merdeka yang diterbitkan Jawa Hokokai. Saat Indonesia merdeka, ia sempat mengelola koran Suluh Indonesia, milik Partai Nasional Indonesia.
PDAT | EVAN | RINI K
Berita Lain:
Siapa Saja Pengaggas Kongres Sumpah Pemuda
Bagaimana Persiapan Kongres Pemuda Indonesia
Tujuh Tahun Menuju Sumpah Pemuda
SPDP Janggal, Pengacara Novel Temui Komnas HAM