TEMPO.CO, Jakarta - Banyak penonton yang terpukau dengan aksi band gaek asal Amerika, Chicago, yang konser di Plennary Hall Jakarta Convention Center, Senayan, Sabtu malam, 27 Oktober 2012.
"Gila, mereka gila banget," ujar musikus Oddie Agam, yang ditemui usai menonton konser. Penyanyi senior ini mengaku puas dengan aksi Chicago.
Robert Lamm (vokal), Lee Loughnane (trompet), James Pankow (trombon), Lou Pardini (vokal), Jason Scheff (vokal dan bas), Tris Imboden (drum), Keith Howland (gitar), dan Walfredo Reyes Jr. (drum duel) membuka konser dengan Make Me Smile dari album kedua Chicago, yang dirilis tahun 1970-an.
Band yang mulai memakai nama Chicago sejak 1967 ini, melanjutkan konser dengan lagu-lagu dari album awal hingga album terakhir. Kalau soal jumlah Lagu, band yang berasal dari Illinois, Amerika Serikat jangan ditanya. Sudah ada 34 album untuk lima dekade lebih bermusik di pentas dunia.
Malam itu, Chicago memenuhi janjinya dengan menampilkan aksi bermain alat musik yang ciamik. Di depan, ada James Pankow, Lee Loughnane, dan Walfredo Reyes Jr. yang unjuk aksi main alat musik tiup. Dengan usia mulai akhir 50-an hingga 60-an, tarikan nafas para pemain alat tiup ini masih sempurna, tak ada putus di tengah permainan.
James Pankow, Lee Loughnane, dan Robert Lamm adalah orang-orang yang ikut membangun Chicago dari awal. Selain tiga orang ini, ada Walt Parazaider, salah satu personel pertama yang masih tergabung di Chicago. Tapi ia tak bisa hadir karena alasan kesehatan.
Pada awal konser, tak banyak komunikasi dengan penonton. Baru sekitar dua puluh menit ketika konser dimulai, Robert pun menyapa penonton. "Halo, lama sekali kita tidak bertemu," ujar pria berusia 68 tahun ini. Chicago memang pernah menyambangi Indonesia dua dekade silam, yaitu 1993. Maka untuk kali kedua ini, Robert pun berujar, "Kami akan memainkan lagu yang ingin kalian dengarkan."
Konser pun berlanjut dengan iringan lagu Alive Again. Bagi penggemar berat Chicago, semalam merupakan mimpi yang jadi kenyataan. Sebab, tak hanya lagu-lagu hit sepanjang masa, seperti You're the Inspiration, tapi para pria gaek ini juga memainkan lagu-lagu andalan tiap album mereka.
Namun, bagi penonton yang hanya mengenal lagu hit saja, tentu hanya bisa bernyanyi dan gembira saat mereka memainkan Hard to me to say I'm Sorry, Saturday in The Park, atau I'm a man. "Saya nungguin You Came to my sense, tapi ternyata tidak dimainkan," ujar Kun, perempuan berusia 31 tahun. Meski tak ada sejumlah lagu hit, Kun tetap puas. Sebab, dengan usia yang sudah beranjak tua, "Suara mereka masih tajam."
Jimmy alias James adalah sosok yang beraksi paling aktif, baik di panggung maupun menyapa penonton. Pria 75 tahun ini paling sering bergoyang dan berjalan berkeliling panggung. Bahkan, di lagu Street Player, Jimmy menjadi pemimpin koreografi dari tiga pemain alat musik tiup di depan panggung.
Jelang 20 menit konser berakhir, penonton diizinkan maju ke depan mendekati panggung. Tak berbeda dengan konser yang mayoritas penggemarnya anak muda, para penggemar Chicago yang berusia paruh baya pun ikut-ikut bernyanyi dan mengelu-elukan para personel Chicago. Terlihat, di layar lebar, ada artis Ira Maya Sopha yang ikut berkaraoke dan berjoget bareng.
"Semua yang mereka tampilkan, melebihi harapan saya," kata Oddie Agam. Khususnya di akhir pertunjukkan, ketika mereka memainkan lagu 25 or 6 to 4. Lagu ini rupanya adalah lagu khusus encore dari Chicago yang dimulai sejak mereka menggelar tur bersama Earth, Wind & Fire. "Itu lagu gila banget, suara mereka sama persis dengan CD-nya," kata Oddie, sembari menggelengkan kepala tanda kagum.
DIANING SARI
Berita Lain:
Chicago Tampil Tanpa Walter Parazaider
Malam Ini, Chicago Gebrak Jakarta
Pengamanan Konser Noah Diperketat karena Diprotes
Pengalaman Free On Saturday Manggung di London