Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Garis Gelap di Tebing Mars Diduga Air Garam?

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Gambar dari European Space Agency akan Planet Mars. Misi pertama ESA ke Planet Merah adalah Mars Express yang memuat tujuh alat untuk mengukur atmosfer planet, struktur serta geologinya, termasuk mencari bukti air-air yang tersembunyi. REUTERS/Ho/European Space Agency ESA. yahoo.com
Gambar dari European Space Agency akan Planet Mars. Misi pertama ESA ke Planet Merah adalah Mars Express yang memuat tujuh alat untuk mengukur atmosfer planet, struktur serta geologinya, termasuk mencari bukti air-air yang tersembunyi. REUTERS/Ho/European Space Agency ESA. yahoo.com
Iklan

TEMPO.CO , Arkansas: Air garam diduga menjadi sumber pembuat garis-garis gelap yang muncul di permukaan Mars selama musim panas. Pola aliran garis gelap ini muncul menuruni sebuah lereng selama akhir musim semi dan memudar di musim dingin lalu muncul kembali pada musim semi berikutnya.

Para peneliti mengatakan, itu bisa disebabkan oleh air garam yang mengandung kalsium klorida. Jika air memang ditemukan di planet merah itu, maka bisa membuktikan bahwa tempat ini layak dihuni untuk berbagai macam kehidupan.

Pola aliran musiman itu terlihat oleh pesawat ruang angkasa Mars yang mengorbit. Saat ini dua penelitian telah menjelaskan asal mula garis-garis gelap itu boleh jadi disebabkan oleh pencairan dan penguapan air asin beku.

Garis-garis itu pertama kali terlihat tahun lalu oleh NASA Mars Reconnaissance Orbiter pada akhir musim semi menuju awal musim gugur. Penelitian yang dipublikasikan pada saat temuan itu mengatakan bahwa zat kimia yang mudah menguap itu bisa jadi yang menyebabkan pembentukan garis gelap itu. Tetapi lingkungan planet terlalu hangat untuk karbondioksida beku dan terlalu dingin untuk air murni.

Beberapa jenis air garam diteliti untuk menemukan formula yang tepat. Hingga saat ini belum ada teori yang bisa menjelaskan formula air garam itu terdiri dari bahan apa saja. "Kami harus menemukan campuran garam dan air yang dengan mudah datang dan pergi," ujar Vincent Chevrier, Asisten Peneliti di Arkansas Center for Space and Planetary Sciences.

Chevrier dan asisten penulis Edgard Rivera Valentin yang berada di Univeritas Brown sedang menyelidiki bentuk garam yang membentuk Mars untuk mengetahui bagaimana formula itu bisa mempengaruhi titik leleh dan penguapan es maupun air.

Mereka menggunakan model pada tanah dengan kedalaman hingga 20 cm. Pasalnya, di luar kedalaman itu suhu musiman tidak akan mempengaruhi aspek pembekuan dan pencairan campuran air garam. Mereka menemukan kalsium klorida menjadi formula yang tepat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Dalam satu hari, kami bisa membuat cairan yang cukup untuk membuat fitur aliran di permukaan," ujar Chevrier. Model juga menjelaskan mengapa fitur aliran itu mudah menghilang ketika dilakukan penguapan dalam model. Menurutnya, semakin mudah mencair maka makin mudah juga menguap.

Para peneliti menunjukkan bahwa mereka bisa melelehkan air garam kalsium klorida dalam jumlah yang cukup sehingga tak benar-benar menguap. Ini bisa menjelaskan tentang garis gelap yang ada di planet merah itu.

Tingkat penguapan yang tinggi di permukaan seperti yang ditunjukkan dalam model, dapat menjelaskan mengapa jika ada air maka garis-garis itu akan meghilang relatif lebih cepat. Dan dapat menjelaskan mengapa gambar spektometri Mars belum mampu mengidentifikasi tanda-tanda air.

DAILYMAIL | ISMI WAHID


Terpopuler:
Misteri Arus Listrik Dasar Laut Terkuak

Perkenalan dengan Windows 8 

Pindah Windows 8, Cara Mudah Cari Aplikasi Google

Wakil Presiden Apple Mundur

Anonymous Akan Bersaing dengan Wikileaks  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

34 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.