Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

GKR Hemas Luncurkan Biografi

Editor

Grace gandhi

image-gnews
TEMPO/Nickmatulhuda
TEMPO/Nickmatulhuda
Iklan

TEMPO.CO , Yogyakarta: Peringatan hari ulang tahun ke-60 Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Permaisuri Raja Keraton Yogyakarta, ditandai dengan peluncuran buku berjudul GKR Hemas: Ratu di Hati Rakyat di Hotel Aston, Yogyakarta, kemarin. Buku setebal 268 halaman itu dibuat tim penulis dan staf pribadi GKR Hemas, Faraz Umaya. Buku itu mengisahkan perjalanan Tatiek Drajad, nama kecil Hemas, sebelum dan setelah menikah dengan Sultan Hamengku Buwono X.

Buku itu menampilkan komentar dari orang luar keraton dan pandangan dari anak-anak Hemas. Hadir sebagai pembicara dalam peluncuran itu, di antaranya, rohaniwan Katolik Romo G. Budi Subanar, Sukardi Rinakit, yang juga menulis kata pengantar, dan budayawan Bakdi Sumanto.

Sultan, dalam buku itu, menggambarkan permaisurinya, yang berasal dari kalangan luar keraton, sempat mengalami keterkejutan budaya. Misalnya, Hemas sering tak menengok saat dipanggil “Kanjeng Ratu” karena lupa sudah menyandang gelar itu.

Adik kandung Sultan, GBPH Joyokusumo, menilai Hemas bukan pembaharu budaya di Keraton Yogyakarta tapi pendobrak. Contohnya, saat prosesi pernikahan putri bungsunya, Hemas menjemput sendiri besan dan menantu. Padahal, sesuai dengan aturan di keraton, yang seharusnya menjemput adalah orang semacam bupati atau wali kota.

Bakdi Sumanto menyayangkan buku itu, sebagai biografi, tak menampilkan wawancara langsung dengan Hemas. “Wawancara yang mendalam akan membuat buku ini lebih mengungkap bagaimana sepak terjang Hemas selama ini,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan Budi Subanar menilai buku ini kurang mengupas sebab-akibat yang membuat Hemas menjadi figur seperti sekarang. “Mungkin disebutkan Hemas muda, di buku ini, adalah orang yang suka kebut-kebutan di jalan, tapi tikungan hidup penting yang dilalui Hemas tidak terungkap,” kata dia. Buku ini, ujar Subanar, tiba-tiba menampilkan kerindangan pohon tapi tak diketahui akarnya.

Menurut Faraz Umaya, wawancara tetap dilakukan. Tapi, katanya, Hemas cenderung pasif untuk menghindari sikap narsis. “Penyusunannya dengan model mewawancarai teman terdekatnya, kemudian diklarifikasi ke GKR Hemas,” kata dia. Saat buku diluncurkan, Hemas mengaku belum tahu isi buku itu.

PRIBADI WICAKSONO


Berita Terkait:
Soal Pengukuhan, Sultan Tunggu UU Keistimewaan 

Pengukuhan Sultan Hamengku Buwono X Bakal Molor 

Pengukuhan Sultan Yogya Dikhawatirkan Molor

Yogyakarta Menolak Keistimewaan Sekadar Cek Kosong

DPR Belum Pasti Loloskan Dana Keistimewaan Yogya  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

18 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

44 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.


Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah


3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.


Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Sejumlah warga melintas di depan  Keraton Surakarta. Foto diambil beberapa waktu lalu. Foto: TEMPO | SEPTHIA RYANTHIE.
Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.


UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

Sumbu Filosofi Yogyakarta. Foto:  kebudayaan.kemdikbud.go.id.
UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.


Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Patung dua harimau dan meriam di depan bangunan Jinem Pangrawit  Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, (4/1). TEMPO/Rully Kesuma
Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.


Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Keraton Solo. ANTARA/Aris Wasita
Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022


Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Pedagang batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta bersyukur kunjungan wisatawan mulai pulih dan menggerakkan roda perekonomian mereka. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.


Mengenal Perbedaan Batik Pedalaman dan Pesisir

15 Oktober 2022

-Pengrajin menjemur batik Madura yang baru dicuci di kampung batik Tanjung Bumi,  Bangkalan, Madura.  Batik Bangkalan memiliki ciri khusus  yaitu adanya motif  warna merah yang sangat mewakili karakter penduduk pesisir. Tempo/Rully Kesuma
Mengenal Perbedaan Batik Pedalaman dan Pesisir

Batik pesisiran banyak disenangi karena visualnya yang lebih beragam dengan perpaduan warna yang lebih cerah dibandingkan jenis batik pedalaman.