TEMPO.CO, Lampung - Warga Desa Balinuraga, Wayan Rauh (44), menilai bentrokan yang terjadi antara warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda dan warga dari Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, dipicu oleh kesalahpahaman. Menurut cerita versi Wayan, sebelum peristiwa bentrokan terjadi, sekitar 10 pemuda dengan mengendarai sepeda dari Desa Balinuraga melintas di jalan menuju ke desa.
Dari arah berlawanan, kemudian tanpa sengaja, rombongan ini menyerempet pengendara motor yang dinaiki oleh dua perempuan. "Karena terjatuh akhirnya ditolong. Kalau menolong mau tidak mau dipegang," kata Wayan, Kamis, 1 November 2012. Hal inilah yang menimbulkan persepsi keliru di mata warga lainnya.
Ia menilai bisa saja pihak lain memandang sentuhan itu sebagai pelecehan seksual. Dugaannya, peristiwa tersebut telanjur menyebar dan pada akhirnya menjadi besar.
Lalu tanpa diduga, buntut dari kejadian itu, warga Balinuraga didatangi oleh sekitar 50 orang dari Desa Agom yang dilengkapi dengan senjata tajam. Wayan mengatakan, tiba-tiba saja terjadi bentrokan pada Sabtu malam, 27 Oktober 2012. "Saya pun lantas mengungsi," ujar mantan Kepala Desa Balinuraga itu.
Dari penuturan Wayan, massa kali pertama mendatangi dan merusak pemukiman di Dusun Sidenero. Tak hanya itu, massa yang berjumlah ribuan juga membakar rumah-rumah warga.
Sementara itu, Wayan Maulana tidak tahu menahu ihwal kronologi kejadian. Dia hanya tahu ketika tetangganya memintanya untuk segera mengungsi. Maulana pun segera membawa serta dua anak dan istrinya ke tempat pengungsian Sekolah Polisi Negara Kemiling, Bandar Lampung.
Wayan Rauh menambahkan, peristiwa bentrokan ini merupakan yang terbesar sejak tragedi bentrokan di Desa Napal, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan pada 23 Januari 2012. Saat itu kerusuhan dipicu oleh perebutan lahan parkir antara warga Kota Dalam dan warga Dusun Napal, Sidomulyo yang menyebabkan 63 rumah dibakar dan 23 lainnya dirusak
Sementara itu, Bupati Kalianda Rycho Menoza mengatakan sudah membuat tiga tim untuk merespons aksi bentrokan ini. Ketiga tim itu terdiri dari tim yang mengatur soal pengungsi, mediasi perdamaian, dan tim perbaikan (recovery). "Ketiganya sedang berjalan. Untuk tim perdamaian, Pemerintah Provinsi Lampung sudah melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat," ujar Rycho di SPN Kemiling.
ADITYA BUDIMAN
Baca juga:
Polri: Lampung Selatan Diharapkan Segera Pulih
Apa Pemicu Perang Warga Lampung?
Ribuan Warga Lampung Bentrok, Tiga Orang Tewas
Hari Sumpah Pemuda, Perang Antar-Kampung Pecah
Cegah Tawuran, Bandung Bentuk Satuan Polisi Siswa