TEMPO.CO,Yogyakarta - Kegemaran masyarakat Yogyakarta mengonsumsi gudeg wisatawan yang gemar berburu oleh-oleh ternyata telah memicu inflasi di Kota Pelajar itu. Inflasi Kota Yogyakarta pada Oktober 2012 tercatat sebesar 0,38 persen dan kenaikan harga gudeg memiliki andil sebesar 0,11 persen dalam inflasi tersebut.
"Kenaikan harga gudeg sebesar 14,21 persen memberi andil terhadap inflasi," kata Kepala Bidang Sarana Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta Haryono, Kamis 1 November 2012.
Selain gudeg yang memang masakan khas kota budaya itu, soto juga memberi andil inflasi sebesar 0,07 persen. Konsumsi gudeg dan soto di bulan Oktober memang memberi andil tinggi terhadap inflasi karena banyak hari libur dan kegiatan seperti konferensi dan pameran. Kenaikan harga sewa rumah, daging ayam ras, jeruk dan beberapa komoditi sayuran juga ikut andil terhadap laju inflasi.
Sebaliknya, juga ada komoditas yang memberikan andil negatif terhadap inflasi yaitu kacang panjang dan pisang yang memiliki andil -0,04 persen.
Sementara itu, nilai tukar petani mengalami kenaikan 0,50 persen, dari sebesar 117,3 pada September menjadi 117,89 pada Oktober. Sedangkan untuk harga gabah kering panen turun 0,38 persen.
Di sisi ekspor, nilai ekspor barang dari Daerah Istimewa Yogyakarta melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada September 2012 turun menjadi US$ 21.826.292. Padahal pada Agustus 2012 nilai ekspor DIY sudah mencapai US$ 21.877.411. "Nilai ekspor turun 0,23 persen," kata Kepala Badan Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta Wien Kusdiatmono.
Tiga negara besar tujuan ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Amerika Serikat, Jepang dan Jerman. Amerika Serikat nilai ekspornya mencapai 44,17 persen, Jepang 12,68 persen dan Jerman mencapai 9,20 persen.
Komoditas utama ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pakaian jadi bukan rajutan 43,37 persen, barang dari kulit 11,26 persen, perabot penerangan rumah 9,33 persen, dan barang-barang rajutan sebesar 9,33 persen.
Sementara untuk barang impor hanya dihitung dari Bandar udara Adisutjipto yaitu mencapai US$ 42.912. Nilai itu turun 39,81 persen jika dibandingkan Agustus 2012. "Kalau barang impor lebih banyak yang masuk melalui pelabuhan di Semarang, Jakarta maupun Surabaya," kata Haryono.
MUH SYAIFULLAH
Berita Terpopuler:
BPK Temukan 11 Penyimpangan di Hambalang
Dahlan: Ada yang Ingin Saya Dicopot dari Kabinet
Bedanya Jokowi dengan Fauzi di Mata Kementerian PU
BPK: Menteri Lakukan Pembiaran di Proyek Hambalang
Warga Bali Kecam Kerusuhan di Lampung Selatan