TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polisi Daerah Lampun, Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih, menyatakan, pernyataan minta maaf warga Bali yang dideklarasikan hari ini membantu proses peredaan konflik di Lampung Selatan.
Permintaan maaf kepada seluruh suku Lampung yang dilakukan di Balai Keratun, Komplek Pemerintah Provinsi Lampung itu menjadi pertanda baik. Dengan demikian, tidak ada lagi bentrok dua suku ini yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. "Besok mereka akan kembali ke rumahnya, Balinuraga," kata Sulistyaningsih saat dihubungi, Ahad, 4 November 2012.
Ia memaparkan, isi permintaan maaf warga Bali terdiri dari empat poin. Warga Bali menyampaikan permintaan maaf dari lubuk hati paling dalam kepada suku Lampung di wilayah dan di luar wilayah Lampung Selatan. Warga Bali juga berjanji tidak akan mengulangi ucapan dan tindakan yang bisa menimbulkan perpecahan atau perselisihan.
Warga Bali juga berjanji akan memberikan sanksi adat berupa pengusiran dari tempat tinggal bila ada perbuatan, tindakan, dan ucapan yang mengakibatkan perselisihan. Selain itu, mereka juga tak akan menghalang-halangi aparat penegak hukum untuk menegakkan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. "Warga Bali bersedia hidup berdampingan dengan suku lain di mana mereka berada," kata Sulistyaningsih.
Bentrokan terjadi diduga karena adanya insiden dua gadis Lampung asal Desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor dan diganggu pemuda asal Desa Balinuraga. Kedua gadis ini terjatuh dan mengalami luka-luka serta memicu kemarahan warga Desa Agom.
Ratusan warga Desa Agom menyerang Desa Balinuraga. Bentrokan ini beralih jadi bentrokan antar-etnis karena mayoritas warga Balinuraga adalah etnis Bali. Para penyerang menggunakan senjata tajam, parang, pedang, golok, celurit, dan senapan angin.
Bentrokan yang terjadi selama dua hari berturut-turut ini, menurut polisi, menyebabkan korban meninggal dunia sebanyak 12 orang. Polisi juga mengisolasi tempat tersebut hingga kondisi menjadi kondusif.
Bentrokan antarwarga di wilayah Lampung Selatan memang kerap terjadi. Pada Agustus 2012, bentrokan pernah terjadi antara warga Desa Banyuwangi dan warga Desa Purwosari, Natar.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terpopuler lainnya:
Nonton Konser Noah, Ibu-ibu Ini Diprotes Anak
Ditanya Soal Luna Maya, Ini Reaksi Ariel
Duduki Lahan Arthaloka, 23 Orang Bersenpi Ditahan
Istana Bantah Gelar SBY Ditukar Proyek Tangguh
Kata Rhoma Irama Soal Dukungan Jadi Capres
Kafe Ini Tawarkan Sejam Tidur dengan Orang Asing
Warga Miskin Jakarta Bakal Punya Dokter Pribadi