TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Bustanul Arifin, meragukan target pemerintah untuk mencapai swasembada kedelai pada 2014 dengan produksi 2,7 juta ton.
“Kedelai ini sudah lama terlupakan, tidak akan mungkin tercapai swasembada, apalagi dalam waktu dua tahun," kata Bustanul ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 3 November 2012.
Kebijakan pemerintah untuk menggenjot produksi kedelai dinilai Bustanul sebagai panic policy. Ini tercermin dari kebijakan penurunan bea masuk kedelai impor menjadi 0 persen hingga akhir tahun ini untuk meredam gejolak harga kedelai di dalam negeri.
“Dengan penurunan bea masuk ini, persoalan tetap tidak selesai. Selama perhitungan pemerintah hanya sekadar angka, tidak akan tercapai,” ujarnya.
Pemerintah, lanjutnya, juga terlambat menata masalah kedelai, terutama di tingkat on-farm. Pola pikir pemerintah belum mengarah pada kesejahteraan petani. Bustanul justru meminta pemerintah mengakui ketidaksanggupannya dalam mencapai swasembada kedelai.
“Paling baik jika pemerintah minta maaf saja kepada masyarakat dan DPR karena tidak bisa mencapai swasembada kedelai. Masalah kedelai ini sudah telanjur rusak, lebih baik dilepaskan dan fokus pada komoditas lain seperti jagung dan beras,” Bustanul menjelaskan.
Awal November lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka produksi kedelai tahun ini diperkirakan turun 8,0 persen. Rilis ini tercatat dalam Angka Ramalan II (ARAM II) 2012 yang diumumkan BPS pada 1 Novermber 2012.
Produksi kedelai tahun ini berdasarkan ARAM II 2012 sebesar 783,16 ribu ton biji kering atau turun 68,13 ribu ton dibandingkan dengan tahun lalu. Kepala BPS Suryamin mengatakan, penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 34,06 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 34,07 ribu ton.
Faktor penurunan produksi kedelai adalah penurunan luas panen. BPS mencatat, tahun ini diperkirakan luas panen menyusut 8,32 persen atau turun 51,76 ribu hektare.
Tampak dari data BPS, setiap tahunnya produksi kedelai menurun. Pada 2009, produksi kedelai mencapai 974,51 ribu ton, 2010 turun menjadi 907,03 ribu ton, dan 2011 mengalami penurunan produksi menjadi 851,29 ribu ton.
“Pemerintah jangan hanya mengejar target angka, tapi juga harus memperhatikan kesejahteraan petani. Kalau petani sejahtera, ada semangat memproduksi,” ujar Bustanul.
ROSALINA