TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan rupiah pada awal pekan ini sepertinya belum surut, seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap euro dan yen. Membaiknya data tenaga kerja AS membuat dolar AS kembali perkasa terhadap mata uang utama dunia.
Nilai tukar rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) pagi ini kembali melemah 19 poin (0,2 persen) ke level 9.635 per dolar AS. Terdepresiasinya euro di bawah level US$ 1,9 serta yen hingga di atas 80 per dolar AS akan memberikan tekanan terhadap rupiah.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan bahwa potensi penguatan dolar Amerika akan kembali membebani pergerakan rupiah pada pekan ini. "Kondisi perlambatan ekonomi global dan antisipasi pemilu Presiden AS membuat dolar masih akan menjadi safe haven bagi pelaku pasar,” kata dia.
Menjelang pemilu Presiden Amerika pada 6 November besok, kecenderungan pelaku pasar akan bersikap menunggu dan lebih berhati-hati. "Termasuk di pasar berkembang, untuk sementara waktu, gairah investor akan mereda," ujar Lindawati.
Tumbuhnya data tenaga kerja AS sebesar 171 ribu jiwa jauh melebihi perkiraan analis yang hanya mencapai 123 ribu. Kondisi ini tentu saja memicu apresiasi dolar AS di pasar uang. Ditambah lagi bank sentral Jepang kembali mengucurkan likuiditas di pasar yang membuat yen melemah hingga di atas 80 per dolar AS.
Meningkatnya angka pengangguran AS menjadi 7,9 persen dibanding bulan sebelumnya, 7,8, persen ikut mempengaruhi pergerakan dolar. Sebab, pengangguran akan lebih disorot karena merupakan isu kampanye yang dijual oleh kedua calon presiden.
Rupiah masih dalam kecenderungan melemah dan dipastikan melenceng dari target yang ditetapkan Bank Indonesia di level kisaran 9.200-9.300 per dolar hingga akhir tahun. “Rupiah telah membangun ekuilibriumnya baru di level 9.600.”
Jumat lalu, rupiah ditutup di level 9.619 per dolar, melemah 0,08 persen dibanding penutupan pekan sebelumnya, di level 9.611. Pekan ini, rupiah masih berpotensi melemah menjelang pemilihan Presiden Amerika, apalagi belum ada sentimen positif yang mampu mengerek rupiah.
PDAT | M. AZHAR | VIVA