Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

NASA: Tanah Mars Mirip di Hawaii

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Foto ini diambil oleh kamera panorama Rover Spirit yang mengeksplorasi Mars. Gambar ini menunjukkan dataran Mars barat daya dari lokasi pendaratan alat jelajah. Tidak banyak variasi di permukaan Mars ini, meski terlihat tanjakan sekitar 7-8 km di cakrawala. EDITORIAL USE ONLY (CREDIT : REUTERS/NASA) yahoo.com
Foto ini diambil oleh kamera panorama Rover Spirit yang mengeksplorasi Mars. Gambar ini menunjukkan dataran Mars barat daya dari lokasi pendaratan alat jelajah. Tidak banyak variasi di permukaan Mars ini, meski terlihat tanjakan sekitar 7-8 km di cakrawala. EDITORIAL USE ONLY (CREDIT : REUTERS/NASA) yahoo.com
Iklan

TEMPO.CO , Houston: Robot Curiosity milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah merampungkan analisis pertama dari tanah Mars. Robot beroda enam itu menemukan tanah planet merah serupa dengan material tanah yang ada di Bumi.

"Tanah Mars terbuat dari bahan yang mirip dengan tanah vulkanik basaltik yang dijumpai di kepulauan Hawaii," lansir NASA, seperti dikutip Telegraph, Senin, 5 November 2012.

Temuan mengejutkan ini diketahui setelah Curiosity menentukan sifat-sifat tanah dan debu halus yang tersebar di seluruh permukaan Mars dengan teknologi X-Ray. Para pakar NASA menyatakan, analisis terhadap struktur mineral bisa membantu mengungkap rincian tentang kondisi lingkungan dan sejarah terbentuknya planet Mars.

David Bish, pakar perangkat kimia dan mineral yang terpasang pada Curiosity, mengatakan sampel debu yang telah dianalisis konsisten dengan ide awal yang menyebutkan material yang tersimpan di Kawah Gale di Mars merekam transisi perubahan lingkungan di planet itu dari basah menjadi kering.

"Batuan kuno, seperti konglomerat, menunjukkan adanya aliran air. Sedangkan mineral dalam lapisan tanah yang muda konsisten dengan interaksi terbatas dengan air," ujar Bish.

Sampel debu dan pasir itu diambil dari sebuah situs yang dinamai Rocknest. Perangkat kimia dan mineral Curiosity lantas menyaring sampel tersebut untuk menghilangkan partikel berukuran lebih besar dari 150 mikrometer, atau selebar rambut manusia.

Bish mengatakan, sebagian besar permukaan Mars ditutupi debu. Beberapa partikel debu tampaknya telah tersebar di seluruh permukaan Mars selama terjadinya badai berskala global. Sedangkan pasir lebih bersifat lokal dan berasal dari lokasi yang tidak terlalu jauh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kini kami tahu mineral penyusunnya mirip dengan materi basaltik, dengan sejumlah besar feldspar, piroksen, dan olivin. Sekitar separuh material tanahnya adalah bahan non-kristal, seperti kaca vulkanik atau produk dari pelapukan kaca," ujar Bish.

Analisis batuan konglomerat menunjukkan bahwa jejak aliran air di Mars berasal dari periode miliaran tahun lalu. Namun, temuan terbaru menunjukkan kondisi kering di permukaan Mars terjadi pada periode yang lebih baru dari sejarah planet tersebut.

"Kami memiliki banyak data tentang mineralogi tanah Mars. Hasil analisis difraksi sinar X menunjukkan sejumlah mineral berukuran halus, dan beberapa adalah mineral baru," kata David Blake, peneliti utama kimia dan mineral NASA.

TELEGRAPH | MAHARDIKA SATRIA HADI


Terpopuler:
Nasib Forstall di Apple, Sinofsky di Microsoft 

Biaya Material iPad Mini Hanya Rp 1,8 Juta

Ilmuwan Temukan Gen Pematang Buah

Telkomsel Bikin Game James Bond di Seluler 

Robot UGM Juara di Korea

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

38 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.