TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menjajaki kerja sama dengan TNI Angkatan Laut dalam pemakaian kapal tanpa awak, Safinah.One yang merupakan pemenang kontes Roboboat 2012.
“Kapal ini bisa bermanfaat untuk memantau situasi laut lepas yang jauh dari pangkalan, serta bisa mengirim gambar wilayah jelajahnya ke komputer markas angkatan laut lewat jaringan seluler,” ujar Malik Khidir, koordinator tim UGM, saat memperlihatkan cara operasi kapal Safinah.One kepada wartawan di danau lembah UGM, Senin, 5 November 2012.
Kapal ini menjadi juara kedua kompetisi Roboboat 2012 yang diadakan Universitas Diponegoro di Pantai Kartini, Jawa Tengah, pada akhir Oktober lalu. Dalam Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional 2012 itu, tim mahasiswa UGM merancang dua kapal, yakni kapal autonomous atau tanpa kontrol Safinah.One dan kapal dengan remote control Gama Nave.
Kapal ini dibuat mungil, yakni panjang 1,1 meter, bertinggi 15 sentimeter, lebar 42 centimeter, dan beratnya 11 kilogram. Kapal berbentuk perahu cepat itu dilengkapi dua pasang kamera penangkap gambar di bagian depan yang terpasang seperti kaca spion. Bagian belakang sama seperti kapal mesin lain yang punya sirip pemecah ombak, kincir penggerak turbin, dan satu tungkai pengubah arah kapal.
Kapal Safinah.One punya satu kotak mesin di bagian lambung kapal yang berisi perangkat mesin rakitan, mulai dari baterai litium polimer, radiator mobil yang dimodifikasi, mesin penggerak motor brushless, dan seperangkat komponen sistem elektrik. “Keunggulan utama kapal ini adalah adanya sistem single board computer yang memanfaatkan alat sebesar handphone,” kata Tito Garry Surya, anggota tim.
Alat pengganti perangkat komputer biasa itu berfungsi sebagai otak kapal otomatis ini, sekaligus bertugas memproses gambar rekaman kamera yang bisa dikirim kepada pengendali. “Tim lain tak pakai alat ini, semua memakai laptop yang dipasang di dalam perut kapal,” ujar Tito.
Malik mengatakan bahwa hasil ini di luar dugaan timnya karena rancangan kapal dibuat hanya selama dua bulan secara autodidaktik. “Menggabungkan pengetahuan elektronik dan mesin saja,” katanya. Sebaliknya, juara pertama adalah tim dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dan tim Institut Teknologi Bandung menjadi peraih juara ketiga, yang berasal dari jurusan teknik perkapalan.
Menurut Malik, kekurangan kapal Safinah.One adalah dalam hal kecepatan, karena beratnya 11 kilogram. Sebaliknya, pesaing mereka, kapal Tim PENS, jauh lebih ringan, hanya 1 kilogram. Tapi, Safinah.One merupakan satu-satunya kapal di kompetisi ini yang bisa dapat nilai penuh dan mampu finis di uji kecepatan 30 meter tanpa terguling karena angin dan ombak. “Kapal lain tak mampu kalahkan angin dan ombak karena terlalu ringan,” ujar Malik.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita Terpopuler:
Pemerasan BUMN: Upeti Rp 18 Miliar Merpati ke DPR
Ini Nama Dua Anggota DPR yang Disebut Dahlan
Dahlan Serahkan Dua Nama Peminta Upeti BUMN
Proyek Eks Perusahaan Istri Anas Mangkrak
Cerita Merpati Diperah DPR