Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Soal Bung Karno, Kali Ini Mega Dukung SBY

image-gnews
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan), disaksikan Wakil Presiden Boediono (kedua kanan), Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri (kedua kiri), dan Ketua DPR Marzuki Alie (kiri), menyampaikan sambutan pada acara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/11). ANTARA/Widodo S. Jusuf
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan), disaksikan Wakil Presiden Boediono (kedua kanan), Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri (kedua kiri), dan Ketua DPR Marzuki Alie (kiri), menyampaikan sambutan pada acara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/11). ANTARA/Widodo S. Jusuf
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -- Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dalama kurun beberapa tahun terakhir dikenal berbeda sikap dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun hari ini, Rabu 7 November 2012, Mega satu sikap dengan Presiden. Keduanya bersepakat, tak perlu lagi ada polemik soal Ketetapan MPRS Nomor 33 Tahun 1967 soal Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Sukarno pada tahun 1967. Alasannya, mantan Presiden Soekarno memiliki jasa-jasa sebagai layaknya pahlawan nasional.

Bahkan tak seperti biasanya, Mega mengutip pernyataan SBY. "Pahlawan nasional merupakan gelar tertinggi dari seluruh sebutan yang ada di dalam kriteria tanda jasa dan kehormatan, berarti hal-hal yang terjadi di masa lalu terutama mengenai TAP MPRS yang selama ini membelenggu Presiden Soekarno, seperti tadi Presiden mengatakan menjadi sebuah stigma, maka dengan demikian tentu sudah dinyatakan tidak ada lagi," kata Megawati di Istana Negara, Rabu 7 November 2012.

Menurut Mega, TAP MPRS sudah dari dulu tidak lagi perlu dipermasalahkan. "Bukan dicabut, tetapi tidak lagi berlaku," kata dia. Mega menegaskan, gelar pahlawan nasional tidak hanya untuk Soekarno dan keluarganya. "Juga (untuk) mereka yang berjuang bersama Bung Karno, menerima hal ini dengan baik dan tentunya ikut bergembira," kata dia.

Sebelumnya dalam pidato pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Soekarno-Hatta, Presiden SBY meminta semua pihak menghapus stigma negatif yang ditujukan kepada dwitunggal mantan presiden dan wakil presiden Soekarno dan Hatta. Apalagi setelah keduanya mendapatkan gelar pahlawan nasional.

"Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, sebagai bentuk kecintaan, penghormatan, dan penghargaan kepada kedua Bapak dan Guru Bangsa ini," kata SBY dalam sambutannya saat menyerahkan gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Rabu, 7 November 2012. "Mari kita tinggalkan segala stigma dan pandangan yang tidak positif, yang tidak perlu, dan tidak semestinya."

Apalagi, menurut SBY, Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan ketetapannya telah menghapuskan stigma yang tidak baik, yang mungkin ada pada Bung Karno. "Saya punya keyakinan bahwa setiap pemimpin hakikatnya ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negaranya. "Setiap pemimpin memiliki niat baik dan pikiran jernih untuk membuat bangsanya bersatu, rukun, dan maju," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mendekati Hari Pahlawan, setiap tahun, ada pemberian gelar pahlawan nasional kepada orang-orang yang dianggap berjasa kepada negara dan bangsa. Namun, untuk tahun ini, gelar pahlawan nasional hanya diberikan kepada kedua proklamator itu.

Turut hadir dalam pemberian gelar pahlawan nasional adalah kelima anak Soekarno dari Fatmawati: Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh; anak Soekarno dari Hartini, Bayu; anak Soekarno dari Ratna Sari Dewi, Karina Kartika Sari Dewi; dan kedua anak Hatta: Meutia dan Halida.

ARYANI KRISTANTI


Berita terkait
SBY: Hapus Stigma Negatif Soekarno-Hatta 
Soekarno Jadi Pahlawan Nasional, Guruh Emoh Datang
Guruh Kritik Gelar Pahlawan Nasional Bung Karno
Gelar Pahlawan Nasional Soekarno-Hatta Langgar Konstitusi
Banyak Keinginan Bung Karno Tidak Dipenuhi
Soeharto dan Gus Dur Luput Jadi Pahlawan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

3 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

3 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

11 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

22 hari lalu

Sejumlah anggota Pramuka melakukan atraksi tongkat pada upacara pembukaaan Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Buperta Cibubur, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang berlangsung pada 14 hingga 21 Agustus 2022 ini digelar dengan tema Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi bertujuan membentuk sikap, perilaku, keterampilan, dan pengalaman kode kehormatan Pramuka Satya dan Darma Pramuka. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

25 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

27 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

John Lie.
Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?


Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.