TEMPO.CO, Jakarta-Setelah kejadian kaburnya tahanan kasus terorisme, Roki Aprisdianto dari Rumah Tahanan Narkoba Polda Metro Jaya, sistem penjagaan rutan bakal dievaluasi. "Standar prosedur operasional penjagaan rutan akan kami evaluasi. Kami perbaiki SOP," ucap Kepala Bidang Humas Polda Metro, Komisaris Besar Rikwanto kepada wartawan, Kamis 8 November 2012.
Menurut dia, evaluasi meliputi tiga hal. Pertama, penambahan personel polwan di rutan Polda. Kehadiran polwan dibutuhkan untuk memeriksa pembesuk perempuan.
Ketika Roki kabur, ada 23 pengunjung, hampir semuanya memakai cadar. "Kalau ada polwan, sesama wanita bisa cek yang pakai baju kurung," ucap dia. "Selama ini ada polwan tapi di tahanan umum."
Dia mengakui pemeriksaan bisa terkendala jenis kelamin pembesuk. "Bisa jadi karena segan, jadi kurang pemeriksaan," dia melanjutkan. Sekarang, rutan lantai dijaga 10 personel laki-laki per harinya. Empat dari Densus untuk tambahan di lantai 4, tempat ditahannya teroris, sisanya dari Polda.
Aspek evaluasi kedua, terkait hubungan kerjasama Polda dengan Densus dalam menjaga rutan bersama. "Baik dari Densus dan anggota Polda yang jaga. Jangan sampai ada pemisahan seolah-olah itu urusan Densus," kata Rikwanto.
Terakhir, Rikwanto juga mengevaluasi kerjasama dengan Kejaksaan Tinggi. Dia bilang, bulan lalu sudah menyurati Kejati soal banyaknya tahanan yang ditampung di Polda. "Itu bukan tempatnya. Sebanyak 95 persen lebih sudah inkrah. Jadi sebenarnya sudah merupakan tahanan lapas."
ATMI PERTIWI
Baca juga:
Polisi Duga Petugas Rutan Bantu Teroris Kabur
Teroris Kabur, Anggota Densus Ikut Diperiksa
Di Ambon, Satu Teroris Juga Kabur dari Tahanan
Profil Tahanan Teroris Kabur, Otak Jaringan Solo
Ketika Polisi Kecolongan Tahanan Teroris Kabur