TEMPO.CO, Yogyakarta - Pasar Seni dan Kerajinan Yogyakarta belum beroperasi. Namun, Direksi Perusahaan Daerah Jogjatama, Visesha, pengelola XT-Square, mengusulkan penambahan dana sebesar Rp 1,5 miliar kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta. Usulan itu terungkap dalam rapat bersama direksi dengan Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Rabu 7 November 2012.
Direktur Utama Muhammad PD Jogjatama, Verga Prabowo, mengatakan penambahan fasilitas pengunjung meliputi pertamanan, penambahan pendingin ruangan, lampu penerangan, kursi taman, pergola penghubung, dan penyediaan fasilitas balai wartawan, sentral bisnis, serta galeri ATM. “Dimintakan kepada APBD tahun selanjutnya,” kata dia dalam pemaparan di depan anggota Komisi B.
Direksi mengelola aset pemerintah senilai Rp 117 miliar, terdiri atas tanah dan bangunan senilai Rp 113 miliar serta uang tunai modal operasional sebesar Rp 4 miliar. Direksi mengalokasikan modal tunai untuk perbaikan infrastruktur Rp 1 miliar, operasional Rp 2 miliar, dan penyangga kas (buffer cash) Rp 1 miliar.
Menurut Verga, direksi yakin bisa mengembalikan modal tunai dalam waktu sekurang-kurangnya enam tahun. Namun, untuk modal dalam bentuk tanah dan bangunan senilai Rp 113 miliar, diperkirakan butuh waktu lebih lama, sekitar 50 tahun. “Kalau dalam waktu 10-30 tahun susah,” katanya.
Lantaran usul itu dinilai tak terperinci, pembahasan ditunda minggu depan. Lagi pula, meski direksi telah dilantik pada 24 Oktober lalu, aset bangunan, tanah, dan modal tunai baru akan diserahkan pada 13 November mendatang.
Direktur Operasional dan Pemasaran PD Jogjatama, Widihasto Wasana Putra, semula mengira pelantikan langsung disertai penyerahan aset. Nyatanya, aset hingga kini belum diserahkan. Akibatnya, rencana pengoperasian XT-Square, yang semula dijadwalkan pada 20 Desember, diperkirakan mundur. “Ini di luar rencana kami,” katanya.
Anggota Komisi B, Dwi Wahyu Budiantoro, mengatakan peluncuran pengoperasian XT-Square harus disiapkan secara matang. “Kalau perlu, pedagang disuruh jualan dulu, setelah pasar ramai baru launching,” katanya.
Mengenai penamaan gedung, direksi mengusulkan nama sosiolog, novelis, dan budayawan Umar Kayam menjadi nama salah satu gedung di XT-Square. Menurut Widihasto, Umar Kayam merupakan budayawan besar yang menjadi inspirasi kelahiran budayawan-budayawan baru di Yogyakarta, bahkan Indonesia. “Dia banyak melahirkan anak didik,” katanya.
Karena itu, nama Umar Kayam akan dipasang sebagai nama gedung A, di Zona Nusantara, yang difungsikan sebagai ruang pameran, dengan harga sewa Rp 225 ribu per meter persegi per bulan. “Mungkin nanti juga akan dibuatkan patungnya di depan gedung,” kata dia.
Untuk gedung B, diusulkan diberi nama Basiyo, pelawak dan seniman serba bisa dari Yogyakarta. Lawakannya bergaya stand-up comedy, yang kini digandrungi masyarakat. Gedung B merupakan zona kuliner dengan harga sewa Rp 220 ribu per meter persegi per bulan. Namun, saat ini direksi belum meminta persetujuan keluarga.
ANANG ZAKARIA
Berita lain:
Idris Laena Klarifikasi Tudingan Siang Ini
Pelaku Teror Penembakan di Freeport Ada 70 Orang
Surat Dahlan Soal Pemalak BUMN Dibahas Usai Reses
Istana Gebang Terima Patung Bung Karno