TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan gas dari Central Processing Plant (CPP) Gas Gundih, Jawa Tengah, berpotensi menghemat biaya pembangkit listrik sebesar Rp 21,4 triliun. Penghematan dilakukan dengan mengganti penggunaan BBM dengan gas di PLTGU Tambak Lorok.
"Potensi penghematan bisa mencapai Rp 5,4 miliar per hari atau sekitar Rp 21,4 triliun dalam 12 tahun," kata Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto dalam keterangan tertulis, Kamis, 8 November 2012.
CPP Gas Gundih rencananya mengalirkan 50 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) selama 12 tahun ke PLTGU Tambak Lorok. Gas ini akan menggantikan 505 juta liter high speed diesel (HSD) per tahun.
Saat ini, proyek CPP Gundih yang bernilai US$ 120 juta itu masih dalam tahap pembangunan, yang dilakukan oleh konsorsium PT Inti Karya Persada Teknik dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Saat ini, sejumlah fasilitas CPP telah selesai dibangun, meliputi control building, substation, pipe rack, dan air instrument tank system.
Adapun pembangunan fasilitas lainnya yang masih berlangsung adalah pembetonan jalan masuk CPP, pembangunan pondasi peralatan gas turbine generator, pondasi gas separator unit, pondasi acid gas removal unit, tanki kondensat, pipanisasi untuk fire water system, serta pembuatan jalan inspeksi sumur dan perbaikan rutin. "Jadwal onstream pada tahun 2013," kata Agus.
Gas dari CPP akan dialirkan melalui pipa oleh PT Sumber Petrindo Perkasa, yang menjadi pembeli gas dari Pertamina EP. Untuk mengkonversi pemakaian BBM di seluruh PLTGU dan PLTU Tambak Lorok, dibutuhkan sekitar 190 MMSCFD gas. Selain gas dari Pertamina EP, PLTGU Tambak Lorok juga akan mendapat pasokan gas dari Lapangan Kepodang, yang dikelola Petronas sebanyak 116 MMSCFD.
BERNADETTE CHRISTINA
Berita Terkini:
Pemerintah Dinilai Terlalu Berorientasi Impor
Tak Semua Industri Alami Masalah Perburuhan
UMK Pamekasan Hanya Naik Rp 10 Ribu
Terkait Bukit Asam, DPR Akan Panggil Dahlan Iskan