TEMPO.CO, Jakarta - Anda mungkin tidak menyangka bila kosmetik itu memakai bahan dasar dari binatang. Setidaknya, dalam melakukan pengembangan kosmetik, percobaannya membuat binatang menderita, di antaranya kelinci dan tikus. Kuda poni diambil bulunya untuk kuas, kepik untuk lipstik, dan cangkang kerang untuk bedak.
Peraturan kosmetik di Indonesia diatur oleh Cosmetic Directive Asean. Tidak seperti Uni Eropa, Asean tidak melarang pengujian kosmetik pada binatang di wilayah Asia Tenggara.
Sedangkan di dunia, saat ini, belum ada larangan terhadap pengujian binatang untuk kosmetik dan lebih dari 80 persen produsen masih menggunakan binatang sebagai bahan percobaan.
Binatang apa yang dipakai untuk kosmetik? Ternyata, ada cangkang binatang kecil kepik (sejenis serangga lady bug) dipakai untuk pewarna lipstik, bulu kuda poni untuk sikat atau kuas kosmetik pemerah pipi, bedak, dan eye shadow. Ada juga cangkang kerang untuk kosmetik sejenis shimmer atau pencerah wajah.
Bahkan ada yang lebih kejam, menyembelih bulus (sejenis kura-kura) atau memanaskan dalam suhu tertentu agar bisa diambil minyaknya untuk bahan sabun mandi atau produk yang mengencangkan kulit.
Cruelty Free International, organisasi global pertama yang mendedikasikan kegiatan untuk menghentikan penggunaan binatang sebagai bahan percobaan kosmetik di seluruh dunia. Pusat Cruelty Free International di London, didirikan oleh British Union for the Abolition of Vivisection BUAV, salah satu organisasi paling lama dan dihormati dalam perlindungan binatang.
Komitmen anti-pengujian binatang kepada kosmetik dimiliki produk kosmetik, di antaranya, Paul Mitchell, Marks & Spencer, dan The Body Shop. Produk asal Inggris ini memiliki gerai hampir di 65 negara dan mengajak semua pihak menghentikan uji coba kosmetik berwujud kekejaman pada hewan.
Rika Anggraini, Corporate Social & Environmental Values Manager The Body Shop Indonesia, mengatakan uji coba terhadap binatang adalah bentuk kekejaman yang tidak perlu terjadi. “Binatang tidak perlu mengalami penderitaan dalam proses pengembangan kosmetik. Juga untuk membuat perempuan menjadi cantik,” kata Rika.
Menurut Rika, untuk menjadi cantik adalah sebuah keputusan yang etis (ethical decision), dengan memilih kosmetik yang cruelty free atau tidak melakukan uji coba yang kejam terhadap binatang menjadi kosmetik mengandung bahan vegetarian.
Cruelty Free International bekerja sama dengan pemerintah, regulator, perusahaan, dan organisasi mitra di seluruh dunia, akan mendesak regulator ASEAN agar menghentikan penggunaan hewan sebagai bahan percobaan kosmetik di semua negara anggotanya.
Contohnya, di Cina. Beberapa label kosmetik besar terpaksa melepaskan logo menyatakan anti-penyiksaan binatang, bila ingin menjual produknya di Cina. Menurut Dailymail Inggris, penjualan kosmetik di Cina bertambah 18 persen pada 2011 sebanyak 10 juta poundsterling.
Sebuah angka yang menakjubkan. Bila ingin menjual produknya ke masyarakat, beberapa perusahaan kosmetik yang menjual produknya di sana diminta untuk mendanai pengujian terhadap binatang di laboratorium Cina. Sehingga ada produk kosmetik yang menarik keikutsertaannya dari sertifikasi anti-penyiksaan binatang.
Michelle Thew, Chief Executive Cruelty Free International, menyatakan kekecewaannya kepada perusahaan kosmetik yang tunduk pada iming-iming pasar di Cina dan menjadikan binatang sebagai korban.
Beberapa produk kosmetik terkenal masih memiliki kebijakan menggunakan pengujian binatang. Di antaranya, Chanel, Yves Saint Laurent, Estee Lauder, Christian Dior, Givenchy, Yves Rocher, Lancome, dan Revlon. Pilihan simalakama bagi produk kosmetik, antara sisi kemanusiaan dan keuntungan komersial.
Untuk wilayah Asia, Cruelty Free International juga didukung dan dijalankan oleh ACRES (Animal Concerns Research and Education Society), sebuah organisasi non-profit yang berlokasi di Singapura.
The Body Shop telah memulai perlawanan mengenai uji coba binatang sejak 1996, saat itu menggalang dukungan 4 juta orang yang diserahkan ke European Commission. Untuk produk pengganti pengujian binatang, menggunakan episkin (kulit sintetis menyerupai kulit manusia) dan bulu kuas dari helai nilon sintetis. Pada 2009, The Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals memberikan penghargaan a Lifetime Achievement Award kepada The Body Shop.
Dan tahun ini, The Body Shop mendukung peluncuran Cruelty Free International. Cruelty Free International adalah gerakan kampanye global menghentikan uji coba terhadap binatang untuk kosmetik. Pada 2012, pelanggan dan masyarakat diajak mendukung kampanye dengan cara menandatangani ikrar yang ada di seluruh toko sejak 25 Oktober 2012.
EVIETA FADJAR