TEMPO.CO , Purwokerto: Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Suaka Elang, Biodiversity Commuinity Banyumas, dan masyarakat Desa Melung Banyumasakan akan melepasliarkan seekor elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di lereng Gunung Slamet pekan depan. Elang tersebut merupakan hasil sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat yang selama empat tahun sebelumnya sudah menjalani rehabilitasi.
"Ini merupakan pelepasliaran yang ke delapan sejak 2007 dan pertama kali di Jawa Tengah," kata Pengelola Suaka Elang, Yandri Kurniawan, Kamis, 8 November 2012.
Saat ini, kandang habituasi -semacam kandang untuk penyesuaian sebelum dilepasliarkan- sudah di bangun di dekat bukit Cendana lereng Gunung Slamet. Rencananya, elang tersebut akan dilepas pada Rabu, 14 November 2012.
Yandri mengatakan, sebelum menjalani rehabilitasi di Suaka Elang, elang Jawa ini sempat ditempatkan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog, Bogor, Jabar, sekitar dua tahun. Saat ini, usia elang diperkirakan mencapai 4 hingga 5 tahun.
Ia menyebutkan, tidak ada batasan waktu kapan elang dapat dilepaskan. Suaka Elang memiliki ukuran sampai sejauh mana elang tersebut sudah dalam kondisi siap dilepasliarkan kembali. "Artinya, kalaupun elang merupakan serahan masyarakat atau sitaan dan sebagainya, setelah dinilai elang itu bisa di-release, akan secepatnya dilepas. Tapi kalau masih perlu direhabilitasi atau belum siap diliarkan kembali, kita akan memroses itu agar elang kembali liar," katanya.
Menurut dia, elang akan semakin lama menjalani rehabilitasi jika sudah dipelihara sejak kecil. Mengembalikan naluri liar elang, menurut Yandri, membutuhkan waktu yang sangat lama. "Dibandingkan menangkapnya, melepas kembali justru lebih sulit," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini elang Jawa merupakan satwa yang masuk kategori terancam punah. Di Gunung Salak saja, kata dia, saat ini tercatat hanya ada 40 pasang.
Menurut dia, jenis kelamin elang Jawa yang akan dilepasliarkan belum bisa dipastikan. "Kami juga masih menunggu informasi dari pihak-pihak yang memiliki teknologi, karena secara langsung elang memang tidak bisa disamakan dengan satwa lain seperti burung atau ayam yang terlihat jenis-jenis perbedaannya," kata dia.
Menurut dia, hal ini disebabkan elang secara fisik relatif sama sehingga baru bisa ditentukan menjadi satu pasangan jika telah berada dalam satu sarang. Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengamati beberapa sarang di kawasan Gunung Salak yang telah ada pasangan elang dan anaknya.
"Namun, secara langsung, kami belum bisa menentukan yang mana jantan dan betinanya meskipun telah ada anak-anaknya. Hanya saja, asumsi kami bahwa yang betina ukurannya relatif lebih besar. Kami berharap suatu saat ada teknologi yang bisa menentukan kelamin elang," katanya.
ARIS ANDRIANTO
Berita Lainnya:
Gurita Tropis Terdampar di Pantai California
Pertama di Dunia, Tarsius Lahir di Penangkaran
Singa ala Bob Marley dari Etiopia
Usman Hamid Jadi Pejuang Hak Asasi Lumba-Lumba