TEMPO.CO, Bima - Kepolisian Resor Bima, Nusa Tenggara Barat, menyiagakan aparatnya untuk mengantisipasi pengerahan massa menjelang pemakaman tersangka teroris Poso, Jipo Alias Ibeng Alias Khairi, di Desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima.
Kepala Bagian Operasi Polres Bima, Komisaris Polisi Tihar Siagian, menjelaskan bahwa polisi juga melakukan razia di tiga kawasan yang menjadi pintu masuk menuju Kabupaten Bima. "Kami juga sudah minta bantuan satu peleton Brimob untuk membantu pengamanan," katanya, Minggu, 11 November 2012.
Menjelang pemakaman Jipo, kata Tihar, situasi di wilayah itu berpotensi timbul gesekan. Apalagi sejumlah warga yang tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat Persatuan Pemuda Rato menolak jenazah Jipo dimakamkan di desa tersebut. Sebaliknya, pihak keluarga Jipo maupun warga Desa Rato bisa menerima jenazah Jipo dimakamkan di desa tersebut.
Salah seorang staf Desa Rato, Marwan, menjelaskan, sikap keluarga dan warga yang bersedia menerima jenazah Jipo dikuburkan di Desa Rato didorong oleh pertimbangan atau alasan kemanusiaan. “Bukan karena kami sepakat dengan ideologi terorisme," ujarnya.
Menurut Marwan, aparat kepolisian dilibatkan dalam pengawalan jenazah Jipo karena pihak kepolisian telah menyerahkan pelaksanaan proses pemakaman Jipo kepada keluarga Jipo. "Termasuk yang menjadi imam dan pemimpin proses pemakaman, kami serahkan kepada keluarga. Kami dan polisi hanya mengamankan," ucapnya.
Kakak kandung Jipo, Mazni, mengatakan, kemungkinan jenazah Jipo sampai di Bima pada Senin dinihari, 12 November 2012, sekitar pukul 02.00 WIT, setelah diberangkatkan dari Mataram hari Minggu, 11 November 2012, pukul 14.00 WIT.
Sesuai rencana yang telah disusun pihak keluarga, jenazah Jipo akan disalati terlebih dahulu di rumah duka di Desa Rato. “Perjalanan mobil yang membawa jenazah dikawal polisi,” tuturnya.
Sementara itu, spanduk bertuliskan "Bima Tolak Jasad Teroris" bermunculan pada Minggu, 11 November 2012 . Spanduk dari kain putih yang ditulis dengan cat semprot warna merah itu diduga telah dipasang sejak Sabtu malam, 10 November 2012. "Kemarin sore, spanduk tersebut belum ada," kata salah seorang warga Desa Rato, Suherman.
Suherman tidak tahu siapa yang memasang spanduk tersebut. Namun, berdasarkan rumor yang beredar, spanduk penolakan terhadap Jipo itu dipasang karena Jipo dianggap bukan warga asli Desa Rato.
AKHYAR M NUR