TEMPO.CO, Yangon — Gempa sebesar 6,6 skala Richter dengan kedalaman 10 kilometer mengguncang Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, kemarin. Akibat musibah ini, sedikitnya 12 orang dilaporkan tewas dan sejumlah jembatan serta tambang emas hancur.
Seorang polisi dari Kota Shwebo, yang paling dekat dengan pusat gempa, mengatakan, seorang perempuan tewas dan 10 lainnya terluka di Kota Kyauk Myaung. “Jembatan Radana Thinga, yang sedang dibangun, rusak parah. Empat pekerja tewas dan beberapa pekerja yang sedang memperbaiki jembatan hilang,” kata polisi itu kepada Reuters.
Situs majalah lokal, Weekly Eleven, melaporkan, dua biara di Kyaukmyaung roboh dan menewaskan dua orang.
Sedangkan polisi di Kota Singgu, yang berseberangan dengan Kyauk Myaung, mengatakan, empat orang tewas dan sembilan lainnya terluka. “Korban luka tidak terlalu parah. Kami juga sedang memantau kerusakan di lingkungan,” ujar polisi itu.
Namun korban tewas terbanyak berada di Kota Sintku. Sedikitnya enam warga kota tewas dan sebelas lainnya terluka. “Sebagian besar korban tewas adalah penambang emas yang runtuh akibat gempa,” tutur seorang pejabat Kota Sintku.
Gempa kali ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah Myanmar. “Ini adalah gempa terburuk seumur hidup saya,” ucap Soe Soe, warga Kota Shwebo, kepada AP melalui telepon.
Pada Maret 2011, gempa menewaskan 75 warga Myanmar di kawasan perbatasan dengan Laos dan Thailand. Gempa ini juga terasa hingga ke Bangkok, ibu kota Thailand.
Musibah ini berlangsung sepekan sebelum kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Myanmar. Kunjungan ini menjadi sejarah karena Obama merupakan Presiden Amerika Serikat pertama yang menginjakkan kaki ke Myanmar.
REUTERS | AP | WEEKLY ELEVEN | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI