TEMPO.CO, Bima - Jenazah Ustad M. Khairi alias Ibeng, terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan oleh aparat Detasemen Khusus (Densus) 88 di Poso, Sulawesi Tengah, 1 November 2012 lalu, hingga kini tidak jelas keberadaannya.
Adik ipar Ustad Khairi, Ujama, mengatakan pihak keluarga di Desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga kini belum mendapatkan pemberitahuan secara resmi dari pihak kepolisian. “Kami masih akan terus menunggu kedatangan jenazah,” katanya saat ditemui Tempo di rumahnya di Desa Sondosia, Kecamatan Bolo, Senin, 12 November 2012.
Menurut Ujama, yang diketahui pihak keluarga adalah jenazah Ustad Khairi diterbangkan dari Poso ke Jakarta pada 3 November 2012 lalu.
Kemudian, untuk kepentingan pemeriksaan DNA, orang tua Ustad Khairi dipanggil untuk datang ke Jakarta. Pemeriksaan DNA juga sudah dinyatakan selesai. Informasi terakhir yang diterima pihak keluarga, jenazah Ustad Khairi pada Senin, 12 November 2012, diterbangkan dari Jakarta menuju Lombok. Selanjutnya jenazah dibawa ke Bima menggunakan jalur darat. ”Tapi, hingga hari ini belum tiba,” ujar Ujama.
Informasi yang diterima pihak keluarga memang simpang siur. Sebab, sebelumnya juga sempat beredar kabar bahwa jenazah Ustad Khairi diberangkatkan dari Mataram, Lombok, hari Minggu, 11 November 2012, dan direncanakan tiba di Desa Rato pada senin dinihari, 12 November 2012.
Itu sebabnya, kata Ujama, pihak keluarga belum bisa melakukan persiapan apa pun untuk prosesi pemakaman Ustad Khairi, termasuk mempersiapkan lokasi pemakaman, nisan, dan waktu penguburan. ”Kami belum bisa melakukan tindakan apa pun. Semuanya bergantung pada informasi dari pihak Densus 88. Kami khawatir kondisi jenazah sudah membusuk,” ucap Ujama.
Pihak keluarga juga dihadapkan pada penolakan oleh sekelompok orang yang menolak jenazah Ustad Khairi dimakamkan di Desa Rato. Mereka beralasan tidak mau desanya dikotori oleh jenazah seorang teroris. Spanduk yang berisi penolakan dipasang.
Kepolisian Resor Bima bahkan mengerahkan aparatnya yang dibantu personel Brigade Mobil untuk mengantisipasi bentrokan. Seluruh pintu masuk Kabupaten Bima dijaga.
Namun, berdasarkan pantauan Tempo, Senin, 12 November 2012, tidak lagi tampak polisi yang berjaga, termasuk di depan rumah keluarga Ustad Khairi.
Kepala Dusun Tegalsari, Desa Rato, Kecamatan Bolo, Syafrudin, mengatakan tidak ada masalah dengan rencana pemakaman Ustadz Khairi di desa asalnya. Meski sempat menimbulkan pro-kontra, warga Rato dapat memahami karena Ustad Khairi adalah sesama muslim. ”Sebagai sesama muslim, kita wajib menguburkannya dengan baik sesuai dengan ketentuan Islam,” katanya.
AKHYAR M NUR