TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana menggalakkan penanaman sorgum (tanaman serbaguna pengganti gandum) secara besar-besaran mulai Februari 2013. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum yang setiap tahun semakin tinggi. Tapi mengapa baru sekarang?
Soal ini sebenarnya juga pernah dikeluhkan ahli sorgum dari Institut Pertanian Bogor yang saat ini mengajar di Universitas Lampung, Profesor Sungkono. Maka, ketika diputuskan bahwa BUMN akan menggalakkan sorgum di Indonesia, ia sangat terharu sampai berlinang air mata.
"Sang profesor sangat gembira karena ahli lulusan IPB itu merasa tidak sia-sia. Ketekunannya mendalami sorgum sejak muda sampai menjadi profesor akan sangat berarti," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam tulisan di blog pribadinya mengenai sorgum, Senin, 12 November 2012.
Rencana pengembangan sorgum ini bermula ketika Dahlan merasa miris dengan kondisi Indonesia yang impor gandumnya terus meningkat setiap tahun. Wajar saja, kegemaran masyarakat Indonesia akan mi instan dan roti yang diproduksi dari gandum membuat kebutuhan akan tepung satu ini sangat besar. "Padahal, kita kian doyan mi dan roti," ujar mantan Direktur Utama PLN ini.
Celakanya, gandum tak bisa ditanam di iklim dua musim seperti negara kita. Tanaman itu hanya cocok ditanam di negara dengan empat musim, seperti di Amerika. Akibatnya, Indonesia terus mengimpor gandum dari luar. "Kita yang miskin terus menghidupi petani negara maju. Angka impor itu akan naik terus seiring dengan kegemaran kita makan mi dan roti yang terus meningkat," kata dia.
Tak puas dengan keadaan ini, Dahlan mengajak Menteri Ristek Gusti Muhammad Hatta dan para ahli sorgum berkumpul untuk mencari cara mengurangi impor gandum yang begitu besar, bulan Juli lalu. Salah satunya hadir Prof. Sungkono. Kesimpulannya, sorgumlah yang bisa diandalkan.
PTPN XII bergerak cepat. Mereka menanam lima jenis benih sorgum di lahan marginal 7,5 hektare di Banyuwangi. Namun, dari hasil panen perdana Sabtu lalu, cuma ada dua jenis sorgum yang sangat baik hasilnya. Dua benih unggul hasil produksi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang belum bernama itu pun untuk sementara disebut Citayam (karena dibenihkan di Desa Citayam) dan Numbu B.
"Sorgum-lah yang akan bisa mengurangi impor gandum kita yang mencapai 7 juta ton per tahun itu. Kita ini tidak bisa menanam gandum di Indonesia," kata dia.
Hasil dari sorgum pun sudah terlihat dan dinikmati Dahlan. Usai panen, ibu-ibu dari PTPN XII menyuguhkan penganan hasil olahan dari tepung sorgum kepada para tamu undangan. Ada roti, sosis, dan makanan tradisional nogosari. "Saya coba memakan semuanya. Saya rasakan enaknya," ujar Dahlan.
MUNAWWAROH
Berita lain:
Begini Kronologi Pemerkosaan TKI di Malaysia
Trik Ajudan Jokowi Kecoh Wartawan
Soedirman Penganut Kejawen Sumarah
Pemilik Tangkiwood Tunggu Tawaran Jokowi
Politikus PKS Sebutkan Empat Keanehan Grasi Ola