TEMPO.CO, Jakarta -- Menteri BUMN Dahlan Iskan baru saja menjajal beberapa makanan olahan dari hasil radiasi, yaitu roti, sosis, dan nogosari buatan ibu-ibu dari PTPN XII di Banyuwangi, Jawa Timur. Bagaimana kesannya? "Saya coba memakan semuanya. Saya rasakan enaknya," kata Dahlan dalam artikel Roti, Sosis, dan Nogosari setelah Radiasi yang diunggah Senin, 12 November 2012.
Tiga jenis makanan yang disebut Dahlan dalam blog pribadinya itu merupakan hasil olahan dari tepung sorgum yang baru saja dipanen dari lahan perkebunan milik PTPN XII di Banyuwangi. Di daerah inilah akhirnya tumbuhan yang semula dianggap tak bisa tumbuh di Indonesia itu mulai berkembang.
Dahlan memaparkan panjang lebar tentang sorgum dan perannya di Indonesia. Awalnya, mantan Dirut PLN ini miris karena Indonesia sangat tergantung dengan impor gandum dari Amerika yang dari tahun ke tahun kian besar. Wajar saja. Pasalnya, kegemaran masyarakat Indonesia akan mi instan dan roti yang diproduksi dari gandum membuat kebutuhan akan tepung satu ini sangat besar.
Celakanya, gandum tak bisa ditanam di iklim dua musim seperti negara kita. Tanaman itu hanya cocok ditanam di negara dengan empat musim, seperti di Benua Amerika dan Eropa. Akibatnya, impor gandum mencapai 7 juta ton per tahun. "Padahal, kita kian doyan mi dan roti," kata dia.
Tak puas dengan keadaan ini, Dahlan mengajak Menteri Ristek Gusti Muhammad Hatta dan para ahli sorgum berkumpul untuk mencari cara mengurangi impor gandum yang begitu besar. Kesimpulannya, sorgumlah yang bisa diandalkan.
PTPN XII bergerak cepat. Mereka menanam lima jenis benih sorgum di lahan marginal 7,5 hektar di Banyuwangi. Namun, dari hasil panen perdana Sabtu lalu, cuma ada dua jenis sorgum sangat baik hasilnya. Dua benih unggul itu pun belum bernama sehingga untuk sementara disebut Citayam (karena dibenihkan di Desa Citayam) dan Numbu B.
Yang menarik, benih Citayam dan Numbu B adalah hasil mutasi genetik yang dilakukan para ahli dari Indonesia di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Penyilangan-penyilangan genetiknya dilakukan melalui proses radiasi sinar gamma, yakni melalui radiasi nuklir Co-60. Ahli-ahli di Batan mencari gen-gen terunggul untuk disilang dan dijadikan benih yang terbaik.
Dengan hasil di Banyuwangi ini, kata Dahlan, BUMN sudah memanfaatkan temuan dan fasilitas yang ada di Batan, yaitu benih sorgum dan proses pembuatan radioisotop untuk kedokteran nuklir. Kerja sama yang erat antara Batan (Ristek) dan PT Batantekno (BUMN) ternyata bisa membuat temuan-temuan dan fasilitas di Batan menjadi komoditas yang secara komersial sangat menguntungkan negara.
"Berkat fasilitas yang ada di Batan, Dirut Batantekno Yudi Utomo Imardjoko bisa mengaplikasikan temuan termodernnya untuk memproduksi radioisotop yang sekarang mulai berproses untuk menguasai pasar Asia," kata pria berusia 61 tahun ini.
MUNAWWAROH
Baca juga:
PAN Ancam Akan Somasi Dahlan Iskan
Dahlan Diminta Buka-bukaan Soal Bisnisnya
Dahlan Iskan: Sorgum Bisa Kurangi Impor Gandum
Potret Dahlan Iskan
Zigzag ala Dahlan