TEMPO.CO, Washington - Steven Jay Sinofsky, yang baru-baru ini meninggalkan Microsoft, sempat mendapat kepercayaan besar dari Steve Ballmer dan Bill Gates untuk memimpin divisi Windows di Microsoft dan melakukan pembenahan yang dibutuhkan.
Pada awal 2006, Microsoft mengalami gonjang-ganjing akibat sistem operasi Windows Vista yang waktu peluncurannya terus mengalami keterlambatan. Sebagai seorang eksekutif veteran Microsoft, Sinofsky lalu ditunjuk sebagai pemimpin divisi Windows untuk membereskan kekacauan ini.
Sinofsky yang sebelumnya menangani Microsoft Office, bergerak cepat dengan menambah beberapa fitur pada Vista, dan berhasil merilisnya pada waktu tepat, yaitu sebelum musim liburan tiba. Tiga tahun kemudian, pria yang bergabung dengan Microsoft sejak 1989 ini, menghadirkan Windows 7 yang menuai reaksi positif pasar. Ia pun yang memegang komando atas Windows 8, sistem operasi yang menjadi terobosan Microsoft.
Dengan dirilisnya Windows seri terbaru ini, mengalir pula spekulasi bahwa Sinofsky termasuk dalam jajaran eksekutif Microsoft yang berpeluang untuk menggantikan Steve Ballmer sebagai CEO Microsoft ke depannya. Apalagi ia memiliki sikap tegas, dan reputasi berhasil menyelesaikan produk yang dipimpinnya secara tepat waktu, kemampuan yang sangat dihargai di perusahaan yang didirikan Bill Gates ini.
Sinofsky dikenal menutup diri, tapi rupanya ia gemar menulis. Bahkan, tulisan di blognya telah dibukukan dengan judul One Strategy: Organization, Planning, and Decision Making. Di situ, ia menyebut bahwa setiap divisi seharusnya bekerja secara terstruktur dan sesuai dengan spesifikasi masing-masing, bukan berdasarkan satu set tujuan yang disusun bersama.
Hal ini yang menjadi keluhan eksekutif Microsoft di bawah Sinofsky, karena sebelumnya mereka mengaku memiliki kontrol yang lebih besar atas produk mereka dan dapat secara fleksibel berhubungan dengan divisi lain. Di bawah Sinofsky, kontrol terpusat di bawah pimpinan, bahkan dijuluki "perencanaan Soviet-sentris".
Salah seorang eksekutif perusahaan mewanti-wanti agar menghindari terlibat perang surat elektronik dengan Sinofsky. “Dia itu seperti gorila 500 kilogram kalau soal e-mail,” kata seorang eksekutif yang enggan disebut namanya. Maksudnya, Sinofsky tidak akan segan menulis berpanjang-panjang dan dengan penjelasan teknis yang detail untuk mematahkan argumentasi lawan.
"Sekarang apa yang kamu kerjakan hanya berdasarkan pada perintah," kata seorang eksekutif Microsoft lainnya menambahkan. Dia mengeluhkan kontrol pembuatan produk, yang terasa sangat terpusat pada Sinofsky. Ini justru dikhawatirkan bakal memandekkan semangat anak buah menciptakan inovasi.
Sinofsky sendiri bukannya tidak tahu dengan kasak-kusuk ini. Bahkan, ia mengakui gaya kepemimpinannya cukup kontroversial. Namun, ia menganggap hal ini dibutuhkan agar karyawan dapat fokus pada area yang dikuasainya, sehingga produk akhir mencapai target yang diinginkan.
CNET | THE VERGE| BUDI RIZA | RATNANING ASIH