TEMPO.CO, Yogyakarta - Wakil Presiden Boediono menyoroti soal bantuan pendidikan bagi siswa miskin yang tak berjalan semestinya. “Kami akan perbaiki sejumlah program penanggulangan kemiskinan, termasuk bantuan pendidikan bagi siswa miskin,” kata Boediono saat menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan Regional Jawa-Bali tentang Percepatan Pengentasan Kemiskinan di Yogyakarta, Selasa, 13 November 2012.
Dalam evaluasi dan pengamatan yang dilakukan pemerintah, kata Boediono, siswa miskin yang selama ini dibantu melalui model atau acuan berbasis sekolah kurang berjalan. Namun, Boediono tak menyebut rinci apa kekurangan dari model basis sekolah itu. “Untuk selanjutnya, bantuan sekolah akan dilengkapi dengan identifikasi penerima bantuan (siswa miskin) dengan basis rumah tangga, agar beasiswa benar-benar jatuh ke siswa dari rumah tangga miskin,” katanya.
Namun, Boediono kembali menyoroti bahwa model penyaluran bantuan pendidikan berbasis rumah tangga miskin yang saat ini sedang diujicobakan pun ternyata juga masih belum berjalan efektif. “Bantuan itu setelah diterima ke siswa rumah tangga sasaran saat dikembalikan ke pihak sekolah juga belum ditindaklanjuti oleh sekolah,” katanya.
Boediono pun berharap pemerintah daerah melalui dinas pendidikan turut mendukung kebijakan yang sedang diujicobakan ini. Selain perbaikan penyaluran program pendidikan dan perbaikan program keluarga harapan, pemerintah juga akan menaikkan targetnya keluarga miskin yang didampingi, yakni menjadi sebanyak 3 juta keluarga paling miskin hingga tahun 2014. Sampai saat ini program keluarga harapan yang berfokus pada kemudahan pelayanan kesehatan itu baru melayani 1,5 juta rumah tangga paling miskin.
PRIBADI WICAKSONO