TEMPO.CO, Yogyakarta - Universitas Negeri Yogyakarta menggelar Culture Camp 2012 pada 12-21 November 2012. Acara ini mengundang puluhan mahasiswa asing yang kuliah di kampus-kampus di Kota Yogyakarta, Semarang, dan Bandung untuk mengenal kekayaan seni dan budaya Indonesia melalui forum seminar, workshop, tinggal di perkampungan, dan festival.
Koordinator Panitia Culture Camp 2012 UNY, Ari Kusmiyatun, mengatakan acara tahunan ini untuk merayakan International Day. Namun, dia melanjutkan, pada penyelenggaraan di tahun kelima ini, UNY memilih mengutamakan pengenalan keragaman seni dan budaya Indonesia kepada mahasiswa-mahasiswa asing.
"Kami ingin, setelah mereka pulang, mahasiswa-mahasiswa itu menjadi duta budaya Indonesia di negaranya," ujar Ari, Senin 12 November 2012.
Menurut Ari, Culture Camp 2012 di UNY sengaja dikemas untuk membuat mahasiswa-mahasiswa asing tak hanya mengenal seni dan budaya Indonesia, tapi juga memahami adanya keterkaitan erat di antara budaya banyak negara.
Dia berpendapat, pemahaman itu penting agar mereka mau saling mengenal dan mengapresiasi seni dan budaya negara-negara lain. "Kami memberi pemahaman tentang akulturasi di budaya multikultural sekaligus mengenalkan banyak tradisi Indonesia, seperti gamelan, angklung, Tek-Tek Banyuwangi, dan beragam seni tari dari Jawa, Bali, serta Sulawesi," kata Ari
Rangkaian Culture Camp 2012 dibuka dengan penyelenggaraan seminar dan workshop. UNY mendatangkan tokoh seniman tari, Didik Ninik Thowok, untuk berbicara di seminar yang membahas perkembangan seni dan budaya di era multikultural sekarang ini.
Ada juga pakar pendidikan seni, Hajar Pamadhi, di forum yang membahas wawasan internasional seni dan budaya pada hari kedua. Setelah itu, peserta akan mengikuti berbagai workshop tentang seni tari tradisional, seni musik etnik Indonesia, pencak silat, dan observasi upacara tradisional Jawa di malam satu Suro.
Ari melanjutkan, mahasiswa asing dari benua Eropa, Afrika, Asia, dan Asia Pasifik akan menjalani program hidup bersama warga perkampungan di sekitar kawasan desa wisata Gunung Purba Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, Jawa Tengah. Di sana, mereka diminta menjalani berbagai kebiasaan warga dan belajar membuat cendera mata seni, seperti batik topeng khas Nglanggeran. "Mereka diajak melakukan banyak kebiasaan warga kampung, hingga mencangkul di sawah dan menggembala kambing," ujar Ari.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita terpopuler lainnya:
Alasan PPP Mau Calonkan Rhoma Irama Jadi Presiden
Di Mana Holly Petraeus Saat David Akui Selingkuh?
Djan Faridz Kuasai Rumah Pemda dengan Sewa Murah
Jokowi: Kartu Jakarta Sehat Tak Gratis
DPR Setuju Dubes Malaysia Diusir
Sakit Panu? Jokowi: Pakai Saja Kartu Jakarta Sehat