TEMPO.CO, Jakarta - Proyek mass rapid transit (MRT) masih dibahas pemerintah, terutama dari segi pembiayaannya. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PII menyatakan kesiapannya untuk menjamin proyek MRT jika memang dibutuhkan.
Direktur Utama Pembangunan Infrastruktur Indonesia, Sinthya Roesli, menyatakan kesiapannya untuk membantu, meski saat ini perusahaan belum masuk ke dalam proyek MRT. Perusahaan siap memberikan penjaminan segala risiko atas pembangunan proyek tersebut.
Baca Juga:
"Kami tidak merencanakan, tapi kalau dibutuhkan baru kami akan masuk," kata Sinthya saat ditemui usai penandatanganan MoU antara PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia dan The Overseas Private Investment Corporation, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa, 13 November 2012.
Meskipun demikian, Sinthya mengakui hingga kini PT PII belum menerima pengajuan permohonan penjaminan untuk proyek MRT. "Belum, karena kan mereka masih dalam tahap persiapan,feasibility study," katanya.
Menurut ia, secara regulasi PT PII siap jika memang diminta menjadi penjamin proyek MRT. "Secara modalnya mesti PPTK (pejabat pelaksana teknis kegiatan) proyek MRT yang mengusulkan penjaminannya."
Baca Juga:
Hanya saja, lanjutnya, ada beberapa tahapan proses dari proyek infrastruktur yang dapat dijamin PT PII. Tahapan itu terdiri atas empat poin, yakni pertama, harus melalui tahap konsultasi dan panduan. Kedua, tahap screening untuk melihat kelayakan proyek terhadap regulasi yang ada.
Ketiga, penilaian PII melalui evaluasi dan prospek ke depan proyek dari sudut pandang ekonomi dan finansial. "Juga dari aspek risikonya, konsesi perjanjiannya seperti apa, dan competitiveness," katanya.
Lalu tahapan terakhir, ada penanggung jawab kerja sama proyek. Dibutuhkan komitmen dan kapabilitas untuk memenuhi kewajiban dalam perjanjian. "Jadi kami melihat empat aspek itu dulu. Setelah lulus semua baru akan kami putuskan," ia mengatakan.
Tahun depan, ia menambahkan, PT PII sudah menyiapkan dana hingga Rp 90 triliun untuk penjaminan proyek-proyek infrastruktur. "Kami ada yang potensial seperti di Lampung kira-kira Rp 1 triliun, sentra Kalimantan juga sekitar Rp 20 triliun," katanya.
ROSALINA
Berita Terpopuler
Jokowi Pangkas 52 Persen Anggaran Pelantikan
Ayah FR Pengusaha di Bali
Tersangka Pembunuh Alawy Ternyata Anak Kos-kosan
Bekas Bos BNN Singapura Paksa Wanita Ini Oral Seks
Terduga Pembunuh Alawy Ditangkap di Jalan Affandi