TEMPO.CO, Tel Aviv - Presiden Israel Shimon Peres menyatakan bahwa mengecilkan respons negaranya terhadap mortir dari Suriah yang menghantam Dataran Tinggi Golan, wilayah yang sudah empat dekade mereka duduki. Ia justru merasa prihatin dengan apa yang terjadi terhadap rakyat Suriah.
"Sebagai seorang Israel melihat apa yang terjadi di Suriah, saya hanya bisa melihat bayi-bayi dibunuh oleh tank-tank pemerintah mereka sendiri. Tapi kami tak bisa melakukan intervensi," katanya.
Israel kemarin membalas tembakan ke arah asal mortir, menandai tembak-tembakan pertama Israel-Suriah sejak perang Yom Kippur 1973. "Kami tak memulai pertempuran," kata Peres soal tembakan balasan itu. "kami tak sedang ambil keuntungan dari perang sipil. Kami tak berpikir harus atau bisa melakukan intervensi."
Namun, ia menambahkan, akan melayani jika Suriah menghendaki. "Jika mereka menginginkan perang tambahan, itu pilihan mereka," katanya.
Golan merupakan wilayah yang secara internasional dianggap diduduki oleh Israel. Wilayah ini didiami 41 ribu orang, termasuk warga Yahudi, Druze, dan Alawi. Israel merebut wilayah ini dari Suriah dalam perang Arab-Israel 1967.
Kembali ke soal serangan ke dataran tinggi Golan, Israel secara resmi sudah mengajukan keberatan pada PBB. Namun menurut juru bicara militer Israel, Letkol Avital Leibovich, mereka tak berpikir Suriah sengaja melakukannya. "Kami menafsirkannya sebagai...serangan yang "bocor" ke wilayah Israel," katanya.
CNN | TRIP B