Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Warga Tolak Pesantren Darul Akhfiya

image-gnews
Puluhan santri Ponpes Darul Akhfiya yang diduga terlibat jaringan teroris menunggu dijemput pihak keluarga mereka di tempat penampungan kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (14/11). ANTARA/Syaiful Arif
Puluhan santri Ponpes Darul Akhfiya yang diduga terlibat jaringan teroris menunggu dijemput pihak keluarga mereka di tempat penampungan kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (14/11). ANTARA/Syaiful Arif
Iklan

TEMPO.CONganjuk-Konflik sosial antara warga dengan Pondok Pesantren Darul Akhfiya, Nganjuk, sebenarnya bisa dicegah jika pemerintah daerah cukup responsif terhadap penolakan warga. Jauh sebelum aksi penyerbuan terjadi, kepala desa sudah melaporkan persoalan itu kepada Bupati Nganjuk.

Kepala Desa Kepuh, David Wiliam, mengatakan upaya menyelesaikan konflik warga di sekitar pondok yang mayoritas nonmuslim sudah kerap dilakukan. Tercatat tiga kali pemerintah desa melakukan mediasi di kantor desa setempat yang melibatkan warga sekitar pondok dengan Pemimpin Pondok Pesantren Darul Akhfiya, Nasiruddin Ahmad. “Setiap hasil rapat selalu saya laporkan ke birokrasi atas,” katanya, Rabu, 14 November 2012.

Namun laporan-laporan itu, menurut Wiliam, tak kunjung mendapat solusi dari Pemerintah Daerah Nganjuk. Sementara konflik di bawah terus memanas dan tak mampu diselesaikan secara damai oleh perangkat kelurahan. 

Hingga, dalam rapat terakhir di Kantor Desa Kepuh, Senin, 12 November 2012, direkomendasikan kepada pengurus pondok untuk angkat kaki dari kampung itu. Pemerintah desa memberikan deadline hingga pukul 16.00 kepada Nasiruddin untuk mengosongkan rumah. 

Namun permintaan itu akhirnya ditolak Nasiruddin, yang ngotot mempertahankan aktivitas pondoknya. Dan sekitar pukul 20.00, massa yang dikomandani tokoh masyarakat setempat mengusir paksa dan merangsek ke dalam pondok. Beruntung aksi itu bisa dikendalikan oleh Kepolisian Sektor Kertosono yang berjarak tidak jauh dari lokasi pondok. 

Untuk menghindari korban luka, seluruh santri dipindahkan ke kantor bekas Badan Narkotik Kota (BNK) yang sekarang dipergunakan sebagai kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Kesatuan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Nganjuk, Gunawan Widagdo, membantah tidak responsif menyelesaikan persoalan itu. Dia mengklaim telah memerintahkan pemerintah desa dan kecamatan menggelar rapat mediasi untuk mencari solusi terbaik. “Justru akan menjadi SARA jika kami menghentikan kegiatan pondok yang bersifat keagamaan,” katanya.

Karena sudah telanjur pecah, saat ini pemerintah hanya bisa menyelamatkan para santri dari amuk massa di kantor BPBD. Nasib para santri selanjutnya akan ditentukan oleh pihak kepolisian sebagai pemegang teritori keamanan. Apalagi belakangan aktivitas mereka dikait-kaitkan dengan kegiatan terorisme.

Pemimpin Pondok Pesantren Darul Akhfiya Nasiruddin Ahmad mengaku gerah dengan tudingan teroris. Ditemui di sela pemulangan santri ke tempat asal dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jalan Imam Bonjol Nganjuk siang tadi, Nasiruddin menegaskan pondoknya tidak memiliki hubungan dengan jaringan teroris. Seluruh materi pendidikan mengacu pada Al-Quran dan hadis.

HARI TRI WASONO

Berita lain:
Pondok Darul Akhfiya Berdiri di Kompleks Non-Muslim
23.000 Polisi Amankan Pilkada Jawa Barat  

Enam Penyidik KPK Resmi Bertugas di Mabes Polri  

Polri Ikhlas KPK Ambil Alih Kasus Pelat Nomor  

Kapolri Lantik 848 Perwira Pertama Polisi  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

WNI Bawa Bom di Brunei Bebas, Tiba di Surabaya Hari Ini  

8 Agustus 2015

Rustawi Tomo Kabul (tengah, baju putih) bersama keluarga dan staf Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Bandara Djuanda, Surabaya, 8 Agustus 2015. Foto: Dir PWNI dan BHI Kemlu RI
WNI Bawa Bom di Brunei Bebas, Tiba di Surabaya Hari Ini  

Pengadilan Brunei membebaskan Rustawi karena karena tidak ada bukti kuat terkait dengan penyelundupan benda-benda berbahaya.


TNI Heran Bahan Bom Masuk Brunei Setelah Lolos dari Juanda  

9 Mei 2015

TEMPO/Machfoed Gembong
TNI Heran Bahan Bom Masuk Brunei Setelah Lolos dari Juanda  

Cipeng, anak Rustawi, diduga sebagai orang yang memasukkan bom ikan itu.


Diduga Susupkan Bondet ke Pesawat, Cipeng Menghilang  

8 Mei 2015

Akibat debu vulkanik Gunung Kelud, koper-koper yang sudah di bagasi dikembalikan kepada penumpang di bandara Juanda, Surabaya (14/2). TEMPO/M. Syaraffa
Diduga Susupkan Bondet ke Pesawat, Cipeng Menghilang  

Sutrisno alias Cipeng, warga Malang, tak diketahui keberadaannya. Namanya disebut sang ayah yang sedang terbelit kasus bondet dalam koper di Brunei.


Kronologi Rustawi Bawa Bondet dan Peluru ke Brunei

8 Mei 2015

Ilustrasi bom. Boards.ie
Kronologi Rustawi Bawa Bondet dan Peluru ke Brunei

Melihat tasnya terbuka, Rustawi tidak menaruh curiga sedikit pun terhadap tindakan yang dilakukan anak keduanya, Cipeng.


Upaya Menteri Retno Bebaskan WNI Bawa Bondet ke Brunei  

8 Mei 2015

Menlu RI, Retno LP Marsudi, beri keterangan pers terkait eksekusi mati dua warga negara Australia, di Kantor Kemenlu, Jakarta, 17 Februari 2015. Selain protes dari pemerintah Australia, Sekjen PBB, Ban Ki-moon juga mengecam eksekusi mati tersebut, namun pemerintah Indonesia tetap pada apa yang telah ditetapkan. TEMPO/Imam Sukamto
Upaya Menteri Retno Bebaskan WNI Bawa Bondet ke Brunei  

Rustawi mengaku tidak tahu-menahu benda berbahaya yang ditemukan dalam kopernya.


Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Klaim X-Ray-nya Canggih

8 Mei 2015

Pembangunan Terminal 2 (T2) di lokasi lama Bandara Internasional Juanda Surabaya. ANTARA/Eric Ireng
Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Klaim X-Ray-nya Canggih

Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, memiliki perangkat detektor sinar-X multiview berstandar internasional.


Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Sebut Peluru Rustawi Mainan

8 Mei 2015

Pemeriksaan X-ray di Bandara Soekarno-Hatta. TEMPO/Imam Sukamto
Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Sebut Peluru Rustawi Mainan

Benda disimpulkan sebagai mainan karena tidak lagi memuat mesiu atau bahan peledak. Detektor X-Ray tak menunjukkan perubahan warna.


Biro Umrah Sangsi Jemaahnya Sengaja Bawa Bom ke Brunei  

8 Mei 2015

Sejumlah jamaah haji Indonesia asal Labuan Batu, Sumatera Utara, mengawasi koper mereka setibanya di tempat pemondokan haji di kawasan Jumaizah, Mekkah,  (20/10). Sebanyak 2.277 jamaah haji Indonesia tiba di Mekkah dan langsung melakukan umrah. ANTARA/Saptono
Biro Umrah Sangsi Jemaahnya Sengaja Bawa Bom ke Brunei  

Agus menduga Rustawi dijebak oleh sebuah kelompok.


Hamas Berangus Salafi, ISIS Keluarkan Ultimatum  

7 Mei 2015

Pemimpin senior Hamas, Ismail Haniyeh (tengah). REUTERS/Suhaib Salem
Hamas Berangus Salafi, ISIS Keluarkan Ultimatum  

ISIS kemudian mengultimatum Hamas untuk melepaskan anggotanya yang ditahan dalam tempo 72 jam.


WNI Bawa Bom ke Brunei, Biro Umrah: Rustawi Petani Jujur

7 Mei 2015

TEMPO/Mahfoed Gembong, Edi Wahyono
WNI Bawa Bom ke Brunei, Biro Umrah: Rustawi Petani Jujur

Rustawi telah beberapa kali berhaji dan umrah.