TEMPO.CO, Nganjuk-Konflik sosial antara warga dengan Pondok Pesantren Darul Akhfiya, Nganjuk, sebenarnya bisa dicegah jika pemerintah daerah cukup responsif terhadap penolakan warga. Jauh sebelum aksi penyerbuan terjadi, kepala desa sudah melaporkan persoalan itu kepada Bupati Nganjuk.
Kepala Desa Kepuh, David Wiliam, mengatakan upaya menyelesaikan konflik warga di sekitar pondok yang mayoritas nonmuslim sudah kerap dilakukan. Tercatat tiga kali pemerintah desa melakukan mediasi di kantor desa setempat yang melibatkan warga sekitar pondok dengan Pemimpin Pondok Pesantren Darul Akhfiya, Nasiruddin Ahmad. “Setiap hasil rapat selalu saya laporkan ke birokrasi atas,” katanya, Rabu, 14 November 2012.
Namun laporan-laporan itu, menurut Wiliam, tak kunjung mendapat solusi dari Pemerintah Daerah Nganjuk. Sementara konflik di bawah terus memanas dan tak mampu diselesaikan secara damai oleh perangkat kelurahan.
Hingga, dalam rapat terakhir di Kantor Desa Kepuh, Senin, 12 November 2012, direkomendasikan kepada pengurus pondok untuk angkat kaki dari kampung itu. Pemerintah desa memberikan deadline hingga pukul 16.00 kepada Nasiruddin untuk mengosongkan rumah.
Namun permintaan itu akhirnya ditolak Nasiruddin, yang ngotot mempertahankan aktivitas pondoknya. Dan sekitar pukul 20.00, massa yang dikomandani tokoh masyarakat setempat mengusir paksa dan merangsek ke dalam pondok. Beruntung aksi itu bisa dikendalikan oleh Kepolisian Sektor Kertosono yang berjarak tidak jauh dari lokasi pondok.
Untuk menghindari korban luka, seluruh santri dipindahkan ke kantor bekas Badan Narkotik Kota (BNK) yang sekarang dipergunakan sebagai kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Kepala Kesatuan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Nganjuk, Gunawan Widagdo, membantah tidak responsif menyelesaikan persoalan itu. Dia mengklaim telah memerintahkan pemerintah desa dan kecamatan menggelar rapat mediasi untuk mencari solusi terbaik. “Justru akan menjadi SARA jika kami menghentikan kegiatan pondok yang bersifat keagamaan,” katanya.
Karena sudah telanjur pecah, saat ini pemerintah hanya bisa menyelamatkan para santri dari amuk massa di kantor BPBD. Nasib para santri selanjutnya akan ditentukan oleh pihak kepolisian sebagai pemegang teritori keamanan. Apalagi belakangan aktivitas mereka dikait-kaitkan dengan kegiatan terorisme.
Pemimpin Pondok Pesantren Darul Akhfiya Nasiruddin Ahmad mengaku gerah dengan tudingan teroris. Ditemui di sela pemulangan santri ke tempat asal dari kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jalan Imam Bonjol Nganjuk siang tadi, Nasiruddin menegaskan pondoknya tidak memiliki hubungan dengan jaringan teroris. Seluruh materi pendidikan mengacu pada Al-Quran dan hadis.
HARI TRI WASONO
Berita lain:
Pondok Darul Akhfiya Berdiri di Kompleks Non-Muslim
23.000 Polisi Amankan Pilkada Jawa Barat
Enam Penyidik KPK Resmi Bertugas di Mabes Polri
Polri Ikhlas KPK Ambil Alih Kasus Pelat Nomor
Kapolri Lantik 848 Perwira Pertama Polisi