TEMPO.CO, Tokyo - Parlemen Jepang telah menyetujui salah satu rancangan peraturan penting yang dapat memastikan pemerintah tidak kehabisan uang pada akhir bulan ini. Rancangan peraturan tersebut nantinya memungkinkan pemerintah negara matahari terbit itu menambah pinjaman uang dengan cara menjual obligasi negara.
Persetujuan itu datang di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi Jepang mungkin sedang menuju resesi. Sebelumnya, Pemerintah Jepang telah mengeluarkan peringatan bahwa negara itu tengah menunjukkan tanda-tanda kelemahan.
“Melihat prospek jangka pendek, perekonomian terlihat bergerak lambat untuk saat ini,” kata Kantor Kabinet Jepang dalam laporan bulanannya, Jumat, 16 November 2012.
Hal ini menambah kekhawatiran tas kesehatan perekonomian Jepang, yang disebut sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Terlebih lagi, laporan itu juga menyebutkan produksi dalam negeri telah jatuh dan ekspor Jepang terus menurun seiring dengan perlambatan ekonomi dunia.
“Konsumsi swasta dan investasi bisnis juga stagnan,” kata laporan tersebut. Data pusat statistik Jepang mencatat ekonomi Jepang pada kuartal III menyusut 0,9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan dikhawatirkan akan terus anjlok pada kuartal IV akhir tahun. Ini adalah penurunan keempat kalinya secara berturut-turut semenjak krisis global mulai melanda dunia.
Salah satu kekhawatiran terbesar publik Jepang adalah kebijakan pemerintah yang malah memperparah deflasi negara itu dan membuat harga konsumsi terus jatuh. Hal ini ditengarai sebagai penghambat upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi domestik.
Harga konsumsi Jepang pada September memang mengalami penurunan 0,1% dibandingkan tahun lalu. Penurunan itu sekaligus penurunan kelima kali dalam lima bulan berturut-turut.
Pemerintah Jepang juga berharap bank sentral Jepang melanjutkan program pelonggaran moneter yang kuat untuk membantu pemerintah memerangi deflasi dengan menetapkan target inflasi 1 persen. Kebijakan ini ditanggapi sinis oleh pemimpin partai oposisi Partai Demokrat Liberal, Shinzo Abe.
”Bank sentral perlu menargetkan inflasi sebesar 3 persen demi menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi,” kata Abe. Bukan 1 persen seperti yang ditargetkan pemerintah.
Bahkan, Abe telah menyatakan secara terang-terangan jika ia terpilih dalam pemilihan umum darurat, ia akan menekan bank sentral untuk memudahkan kebijakan yang ia namakan “Yen tidak terbatas” demi membantu memerangi deflasi.
Sebelumnya, pemerintah Jepang memberikan opsi untuk mengadakan pemilu darurat jika rancangan peraturan penerbitan obligasi gagal disetujui parlemen. Rabu lalu, Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, menyatakan siap membubarkan parlemen dan menyelenggarakan pemilu darurat.
Komentarnya itu berdampak pada pasar keuangan Jepang. Dari catatan pasar uang Jepang, Yen telah jatuh ke tingkat terendah terhadap Dolar Amerika Serikat dalam rentang waktu enam bulan setengah, yaitu mendekati angka ¥ 80,97 terhadap dolar AS di perdagangan Asia. Sementara indeks Nikkei Jepang naik menjadi naik 1,95 persen menjadi 9,001.84 poin pada perdagangan awal Jumat ini.
BBC | RAFIKA AULIA
Berita Terpopuler:
Gaya Keras Ahok Jadi Shock Therapy Pemda DKI
Deddy Mizwar Pasrah kepada Eep Saefulloh Fatah
Mengapa Pengusaha Tak Mau Outsourcing Dihapus?
Manipulasi Rp 16,1 Triliun di BP Migas
Tolak UMP Rp 2,2 juta, Pengusaha Siap Gugat Jokowi