TEMPO.CO, Den Haag - Pengadilan kejahatan perang di Den Haag, Belanda, Jumat, 16 November 2012, membebaskan dua jenderal Kroasia yang didakwa melakukan kekejaman saat berperang melawan pasukan Serbia pada 1990-an.
Dalam keputusannya, Ketua majelis hakim Theodor Meron menyatakan Jenderal Ante Gotovina dan Jenderal Mladen Markac dibebaskan dari segala dakwaan. Keputusan tersebut langsung disambut gegap-gempita ribuan orang di ibu kota Kroasia, Zagreb.
Tahun lalu, kedua pria yang kini berusia 57 tahun, ini didakwa melakukan pembunuhan, kekejaman, dan penjarahan. Jaksa beralasan bahwa mereka merupakan bagian dari konspirasi kejahatan yang dipimpin oleh Presiden Kroasia Franjo Tudjman untuk mengusir etnis Serbia. Selain itu, kedua jenderal dituding memerintahkan pengeboman Kota Knin dan tiga kota lain.
Namun pada sidang yang berlangsung Jumat, 16 November 2012, Hakim Meron mengatakan keduanya tidak terbukti terlibat dalam konspirasi. Mendengar keputusan majelis hakim di Den Haag, ribuan orang di Zagreb, yang berkumpul di beberapa lapangan utama guna menyaksikan jalannya persidangan melalui televisi, berteriak kegirangan.
"Jenderal kami adalah pahlawan sebab mereka mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan negeri kami serta membebaskan rakyat," kata seorang mahasiswa, Andjela Anic, 26 tahun, sebagaimana disampaikan kepada kantor berita AFP.
Sehari sebelumnya, Kamis malam waktu setempat, 15 November 2012, hampir seluruh pojok kota Kroasia, termasuk Zagreb, dan gereja di sana, menyalakan lilin. Hal tersebut dilakukan oleh para veteran perang dan pimpinan gereja demi mendukung "munculnya suara melawan ketidakadilan".
Pada 2011, Jenderal Gotovina dan Jenderal Markac dituduh melakukan pembunuhan dan terlibat dalam kejahatan perang serta kejahatan kemanusiaan ketika mengambil alih Krajina, yang saat itu dikuasai Serbia sejak awal perang pada 1991.
Ketika 1995, sekitar 200 ribu etnis Serbia diusir dari Kroasia dan sedikitnya 150 orang dibunuh dalam sebuah serangan militer di Krajina yang disebut "Operasi Badai".
Operasi ini dimaksudkan untuk mengambil alih kembali kawasan tersebut, yang telah dikuasa Serbia di awal perang pada 1991, atas perintah Presiden Kroasia Tudjman, yang meninggal pada 1999 saat dalam pemeriksaan pengadilan kejahatan perang Den Haag.
BBC | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
Gaya Keras Ahok Jadi Shock Therapy Pemda DKI
Deddy Mizwar Pasrah kepada Eep Saefulloh Fatah
Mengapa Pengusaha Tak Mau Outsourcing Dihapus?
Manipulasi Rp 16,1 Triliun di BP Migas
Tolak UMP Rp 2,2 juta, Pengusaha Siap Gugat Jokowi