TEMPO.CO, Bireuen - Wakil Majelis Permusyawaratan Ulama Bireuen Tengku H. Jamaluddin Idris menegaskan, kegiatan pengajian Tengku Aiyub bukan mengajarkan aliran sesat. Kesimpulan ini merupakan hasil persidangan melibatkan majelis ulama, muspida, plus Kabupaten Bireuen pada tahun lalu.
Menurut dia, warga curiga Tengku Aiyub sesat karena tak pernah datang ke masjid, membangun jemaah sendiri, dan mengumpulkan orang-orang hingga pagi di rumahnya.
Kelompok pengajian Tengku Aiyub Syakubat bentrok dengan warga di Desa Jambo Dalam, Plimbang, Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam, Sabtu, 17 November 2012. Akibatnya, tiga orang tewas dan sedikitnya sepuluh orang terluka.
Tiga korban tewas adalah pemimpin pengajian, Tengku Aiyub, 50 tahun; santrinya, Muntasir; serta seorang warga, Mansur, 35 tahun. Tengku Aiyub dan santrinya tewas dalam keadaan terluka dan terbakar. Adapun Mansur merupakan warga Desa Lancok, Plimbang, Bireuen. Sepuluh korban luka bacok saat ini dirawat di Puskesmas Jeunib dan Rumah Sakit Fauziah, Bireuen. (Baca: Bentrok Warga Bireuen Tiga Tewas)
Saat persidangan, Muspika bertanya kepada Tengku Aiyub alasan tidak salat di masjid desa dan tidak berbaur dengan masyarakat. Tengku Aiyub menjawab meragukan kesucian masjid karena pasir dan batu untuk material pembangunan masjid dibiarkan di tempat terbuka dan bebas, dan itu dijilat anjing atau benda najis lain.
“Tapi, setelah MPU cek, di kampung itu tidak banyak anjing dan tidak terbukti ucapannya,” kata Tengku Jamaluddin.
Majelis Permusyawaratan Ulama menguji kelayakan Tengku Aiyub sebagai pemimpin pengajian orang dewasa. Menurut dia, hasilnya tidak layak. Tengku Aiyub dinilai tak mampu membaca kitab Arab berbaris dan kurang fasih membaca Al-Quran.
Tengku Jamaluddin mengatakan, dari hasil itu, Majelis menganggap Tengku Aiyub tak layak membuat pengajian untuk orang dewasa. Dia dinilai hanya cocok memimpin pengajian untuk anak kecil. Sejauh ini, kata dia, kapasitas Tengku Aiyub tak cukup sebagai ustad bagi orang dewasa. Aktivitasnya sangat tertutup serta tidak berbaur dengan masyarakat.
“Maka muspida waktu memilih untuk menutup agar tidak terjadi gejolak sosial di masyarakat akibat dugaan itu,” kata dia.
Apakah aliran Tengku Aiyub sesat? “ Waktu itu belum kami temukan aktivitas Tengku Aiyub sesat,” kata dia. “Keputusan sesat atau tidak harus dipelajari menyeluruh, tidak sembarangan.”
IMRAN MA
Baca juga:
Jakarta Kota Tujuan Wisata Terbaik Asia 2012?
Libur Panjang, Hotel di Bali dan Yogyakarta Penuh
Ada Festival Mainan Tradisional di Yogyakarta
Menjelajahi Tempat Unik di Dunia
Tarif Hotel di Kawasan Bromo Naik 50 Persen
Arus Kendaraan ke Bromo Padat Merayap