TEMPO.CO, Jakarta--Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Logistik Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Natsir Mansyur memaparkan aksi mogok para pedagang daging sapi saat ini tak lepas akibat kebijakan alokasi impor pemerintah yang tidak transparan.
"Sehingga harga daging sapi jadi mainan di pasaran, harga melambung dan berimbas pada pedagang," kata Natsir ketika dihubungi, Sabtu 7 November 2012.
Ia menjelaskan, mekanisme alokasi hingga distribusi impor daging sapi maupun sapi bakalan oleh Kementerian Pertanian selama ini tidak terbuka. Penunjukan hanya dilakukan sepihak, tanpa koordinasi dengan pengusaha lokal dan menguntungkan kelompok tertentu saja.
Tingginya harga daging sapi juga disebabkan kurangnya pasokan sapi potong. Harusnya hal ini bisa diatasi jika pemerintah serius mengajak investor lokal untuk menanamkan modalnya di industri tersebut agar kebutuhan dalam negeri bisa diatasi.
Tetapi, hal itu belum dapat terealisasi hingga saat ini,"Karena susah, ini sudah dipermainkan oleh para importir."
Ia meminta pemerintah segera memperbaiki hal tersebut, mekanisme alokasi distribusi daging dilakukan lebih terbuka dengan mengajak para pengusaha lokal dan Kadin. Begitu pula kebijakan-kebijakan di sektor peternakan lainnya agar lebih bisa menarik investor lokal mengembangkan usahanya di dalam negeri.
Tahun ini, pemerintah menetapkan kebutuhan daging mencapai 484 ribu ton. Dari jumlah, pasokan yang bisa dipenuhi dari dalam negeri sebesar 399,22 ribu ton. Sisanya 17,5 persen atau setara 85 ribu ton daging kebutuhan harus dipenuhi dari impor.Jumlah impor itu dibagi menjadi dua jenis yakni kuota impor daging beku sebesar 34 ribu ton, dan sapi bakalan sebesar 283 ribu ekor atau setara 51 ribu ton daging beku.
GUSTIDHA BUDIARTIE
Baca juga:
Pemerintah Diminta Keluarkan Data Daging Sapi
Outsourcing Dihapus, Kecuali di 5 Pekerjaan Ini
Gelombang Demo Buruh Pengaruhi Besaran Upah
Muhaimin: Istilah Outsourcing Jangan Dipakai Lagi
Setelah Tempe-tahu, Kini Daging Langka
''Kelangkaan Daging Sapi Hanya Sementara''