TEMPO.CO, Paris - Prancis pada hari Sabtu menyambut anggota oposisi Suriah sebagai duta negara itu. Negara ini berharap agar langkahnya mendorong negara-negara Barat lainnya untuk mengikutinya.
Utusan baru, Mounzir Makhous, muncul di hadapan pers setelah melakukan pembicaraan di Istana Kepresidenan Prancis dengan Presiden Francois Hollande dan kepala koalisi oposisi Suriah yang baru saja dibentuk.
"Akan ada seorang Duta Besar Suriah di Prancis," kata Hollande. Perancis mengusir Duta Besar Suriah pada bulan Mei, yang lalu diikuti setengah lusin negara Barat lainnya.
Mouaz Al-Khatib, pemimpin oposisi, menggambarkan Makhous sebagai "salah satu yang pertama untuk berbicara tentang kebebasan" di Suriah. Ia memegang empat gelar doktor dan berasal dari sekte yang sama dengan Presiden Suriah yang memerangi kelompoknya, Bashar Al-Assad.
Ada ketakutan yang meluas bahwa tanpa kekuatan oposisi yang sah, perang sipil di Suriah bisa berubah menjadi pertempuran sektarian. Namun, Amerika Serikat dan negara Uni Eropa lainnya mengatakan mereka lebih memilih untuk menunggu dan melihat apakah koalisi benar-benar mewakili berbagai kepentingan di Suriah.
Al-Khatib menyatakan bahwa sebuah pemerintahan sementara yang terdiri dari teknokrat akan segera dibentuk. Sebuah komando militer juga sedang dibentuk dan pusat koordinasi dikhususkan untuk bantuan kemanusiaan akan dibentuk di Kairo.
"Saya katakan terus terang bahwa kita tidak memiliki agenda tersembunyi. Tidak ada kesepakatan tersembunyi, tidak ada keputusan yang dibuat tersembunyi," kata al-Khatib dalam upaya untuk meyakinkan negara-negara lain.
"Peran kami akan berakhir secepat rezim ini jatuh. Orang-orang Suriah dapat memutuskan bentuk rezim konstitusional yang mereka inginkan," katanya.
AP | TRIP B