TEMPO.CO, Banyuwangi--Pemerintah Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Parade Gandrung Sewu di Pantai Boom, Sabtu 17 November 2012 sore. Parade tersebut merupakan rangkaian kegiatan dalam Banyuwangi Festival yang dilaksanakan pada November-Desember 2012.
Gandrung merupakan tarian tradisional khas Banyuwangi. Sedangkan 'sewu' yang berarti seribu. Dinamakan Gandrung Sewu karena parade ini diikuti seribu lebih penari gandrung mulai pelajar SD, SMP dan SMA.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Parade Gandrung Sewu tersebut bertujuan untuk mengangkat budaya lokal agar dikenal masyarakat secara luas. "Gandrung jadi ikon pariwisata Banyuwangi," kata dia, Sabtu 17 November 2012.
Parade Gandrung Sewu dimulai pukul 15.30 WIB. Diawali dengan fragmen tari karya Sumitro Hadi yang menceritakan perkembangan gandrung dari masa ke masa. Dalam fragmen, gandrung dikisahkan berasal dari ritual Seblang yang merupakan penyembahan untuk Dewi Sri (Dewi Padi).
Pasca periode sebagai tarian persembahan, Gandrung ditarikan oleh laki-laki. Gandrung kemudian menjadi kesenian hiburan setelah VOC mulai datang ke Banyuwangi pada tahun 1767.
Setelah penampilan seluruh fragmen, barulah seribu lebih penari Gandrung melenggak-lenggok di pantai yang berpasir hitam. Musik tradisional berupa angklung mengiringi tarian tersebut selama 30 menit.
Di akhir penampilannya, seribu Gandrung kompak meneriakkan: "Isun Gandrung......gandrungono!". Artinya: "Saya Gandrung, cintailah...,"
Dalam kehidupan sehari-hari kesenian Gandrung ditanggap untuk pernikahan dan sunatan. Namun tradisi ini sudah banyak ditinggalkan.
IKA NINGTYAS