TEMPO.CO, Jakarta - Terbatasnya likuiditas dolar Amerika Serikat di pasar domestik di tengah tingginya permintaan membuat rupiah cenderung melemah. Namun, Bank Indonesia yang selalu siap berada di pasar membuat pelemahan rupiah juga terbatas.
Pada transaksi pasar uang hari ini, Selasa, 20 November 2012, nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah tipis 3 poin ke posisi 9.633 per dolar AS. Rupiah bergerak dalam rentang 9.629 hingga 9.640 per dolar.
Head of Research Treasury Bank Negara Indonesia, Nurul Eti Nurbaeti, menjelaskan, diturunkannya peringkat utang pemerintah Prancis satu level oleh Moody’s mengurangi animo pelaku pasar untuk memegang mata uang lokal yang berimbal hasil dan berisiko tinggi seperti rupiah. “Mereka lebih merasa nyaman untuk memegang dolar AS dan membuat rupiah ditutup melemah.”
Kekhawatiran terhadap masa depan kawasan Eropa setelah diturunkannya peringkat surat utang Prancis, serta tidak adanya dana tambahan pembelian aset dari bank sentral Jepang (BoJ), membuat dolar AS kembali perkasa terhadap mata uang utama, membuat rupiah kembali melemah.
“Keprihatinan pelaku pasar terhadap kucuran dana talangan bagi Yunani juga menjadikan dolar Amerika tetap menjadi mata uang safe haven bagi para pelaku pasar,” ujarnya.
Keyakinan tercapainya kesepakatan antara Presiden Barack Obama dan Kongres mengenai defisit anggaran Amerika sedikit meredakan kecemasan para investor dipasar global. Bila tidak terjadi kesepakatan, mulai tahun depan Amerika akan mengalami ancaman kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja yang bisa berimbas terhadap pelambatan ekonomi. “Dan Amerika, yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini bisa memasuki resesi berikutnya, dia menuturkan.
Dari kawasan regional, mata uang Asia sore ini ditutup cenderung menguat. Won Korea Selatan menguat 0,28 persen, peso Filipina terapresiasi 0,06 persen, ringgit Malaysia naik 0,19 persen. Sedangkan dolar Singapura melemah tipis 0,08 persen.
PDAT | VIVA BUDY K