TEMPO.CO, Depok - Psikolog dari Universitas Indonesia, Enoch Markum, mengatakan ada beberapa tanda-tanda orang yang depresi dan memiliki kecenderungan bunuh diri. Tanda itu, di antaranya, dia memberikan barang kesayangannya kepada orang lain. Dia mengungkapkan kata-kata bahwa hidup ini tidak berguna atau untuk apa saya hidup. Kadang, orang seperti ini juga akan menulis kegelisahannya dalam buku, membuat puisi, dan mendengarkan lagu depresi. "Bagi yang tidak sensitif ini bisa dianggap main-main," kata dia, Rabu 21 November 2012.
Seharusnya, kata dia, keluarga atau temannya bisa memperhatikan jika seseorang memiliki kecenderungan seperti itu. Apalagi jika yang bersangkutan sedang dalam masa konsultasi masalah pribadi. Keluarga seharusnya bisa segera mendampingi dia.
Enoch mencontohkan di Amerika Serikat ada aturan, jika klien yang konsultasi mengungkapkan tanda-tanda tersebut, maka harus dilaporkan ke polisi.
Sementara di Indonesia, untuk menghindari tindakan bunuh diri harus menciptakan lingungan yang kondusif bagi orang-orang yang depresi. Keluarga dan orang di lingkungannya harus bisa menjadi teman bagi mereka. Mereka terus diberikan harapan dan perhatian sehingga tidak merasa hidupnya tak berguna. "Orang-orang harus sensitif. Apalagi terhadap remaja karena mereka belum terbentuk kepribadiannya," katanya.
Namun, Enoch sangsi lingkungan perkotaan akan bisa menjadi tempat yang bisa memerikan kedamaian bagi mereka yang depresi. "Perkotaan itu impersonal, kemudian hiruk pukuk," katanya.
Sebelumnya, siswa kelas VIII SMP PGRI Cimanggis, Depok, Dilan Fauzi Ahmad, 13 tahun, ditemukan tewas. Dia gantung diri di depan kamarnya di lantai dua asrama Pondok Pesantren Yatim Piatu Dzurohim Kampung Sindang Karsa, Sukamaju Baru, Cimanggis, Depok, Jum'at malam, 16 November 2012. Pada hari yang sama, mahasiswa UI asal Korea Selatan, Jeon Moosong (38), yang melompat dari lantai 18 Apartemen Margonda Residence Depok. Tubuhnya remuk dan tewas seketika.
ILHAM TIRTA