TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan dolar terhadap rupiah agak meredup berkat adanya harapan Yunani akan segera dapat kucuran dana talangan, dan kesepakatan Kongres Amerika mengenai defisit anggaran.
Alhasil, nilai tukar rupiah pada transaksi di pasar uang hari ini, Kamis, 22 November 2012, ditutup menguat 2 poin (0,02 persen) ke level 9.633 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, menjelaskan, terapresiasinya euro hingga ke US$ 1,2850 menjelang pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat. “Pergerakan rupiah secara umum cukup stabil di level 9.600 per dolar AS ini,” tuturnya.
Positifnya kondisi pasar global setelah keluarnya data indeks manufaktur Cina yang menunjukkan ekspansi untuk pertama kalinya dalam 13 bulan terakhir sehingga apresiasi dolar AS sedikit mereda, membuat rupiah berhasil menguat tipis. Indeks aktivitas manufaktur Cina di bulan November meningkat ke level 50,4 dibandingkan dengan bulan sebelumnya di 49,6.
Membaiknya data ekonomi AS dan berita positif dari manufaktur Cina membuat para pelaku pasar mulai terlihat melepas posisi dolar AS dan yen Jepang yang dianggap sebagai mata uang safe haven. “Namun, tidak otomatis rupiah bisa langsung menguat, karena bukan mata uang utama untuk berinvestasi di pasar global,” ucapnya.
Tingginya ekspektasi terhadap hasil dari Konferensi Tingkat Tinggi Ekonomi Uni Eropa mendongkrak penguatan euro hingga kembali berada di atas US$ 1,28. Masalah Yunani, menurut Lindawati, biar bagaimanapun akan tetap diselamatkan karena dana dan tenaga yang yang terkuras sudah cukup banyak.
Dolar Singapura sore ini melemah 0,07 persen, won Korea Selatan turun 0,34 persen, bath Thailand melemah 0,07 persen, dan yuan Cina terdepresiasi 0,05 persen terhadap dolar AS.
Mata uang Jepang, yen juga kembali melemah 0,18 persen menjadi 82,67 per dolar AS. Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya turun 0,078 poin ke posisi 80,854.
PDAT | VIVA BUDY K