Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Benarkah Sumber Air di Bumi dan Mars Sama?

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Gambar dari European Space Agency akan Planet Mars. Misi pertama ESA ke Planet Merah adalah Mars Express yang memuat tujuh alat untuk mengukur atmosfer planet, struktur serta geologinya, termasuk mencari bukti air-air yang tersembunyi. REUTERS/Ho/European Space Agency ESA. yahoo.com
Gambar dari European Space Agency akan Planet Mars. Misi pertama ESA ke Planet Merah adalah Mars Express yang memuat tujuh alat untuk mengukur atmosfer planet, struktur serta geologinya, termasuk mencari bukti air-air yang tersembunyi. REUTERS/Ho/European Space Agency ESA. yahoo.com
Iklan

TEMPO.CO, Houston - Penelitian menunjukkan air yang berada di bumi dan Mars berasal dari sumber yang sama, yaitu meteorit yang mendarat di kedua planet ini.

Lautan di bumi dan air yang mungkin pernah mengalir di planet Mars berasal dari sumber yang serupa. Penelitian menunjukkan bahwa sumber itu adalah meteorit yang mendarat di kedua planet terestrial ini.

Para peneliti menganalisa tampilan dua batu langka Mars yang menabrak bumi sebagai meteorit. Mereka menemukan air Mars mungkin berasal dari blok planet yang mirip dengan yang membentuk bumi. Kedua planet ini mungkin terbentuk secara paralel, tapi kemudian mengambil jalur evolusi yang berbeda.

Temuan ini bertentangan dengan ide umum bahwa keberadaan air di planet terestrial seperti Bumi dan Mars berasal dari komet. Sebaliknya, para ilmuwan berpikir bahwa air tersebut berasal dari meteorit chondritic kecil dan berisi mineral granular yang terintegrasi dengan planet yang dituju.

"Meteorit ini mengandung cairan basaltik yang terperangkap. Tidak berbeda dengan basal yang meletus di Hawai," kata John Jones, seorang petrologis eksperimental di NASA Johnson Space Center di Houston. Jones telah menulis laporan yang diterbitkan dsalam jurnal Earth and Planetary Science Letters bersama Tomohiro Usui yang memimpin penelitian ini.

Menurut penelitian, dua meteorit Mars yang telah dipelajari menunjukkan dua sumber yang berbeda dari air kuno di planet merah itu. Satu batu luar angkasa berasal dari lapisan tengah Mars yang disebut dengan mantel. Diyakini meteorit ini menimbulkan jejak air dari interior terdalam planet. Dan jumlah yang sama dari jenis hidrogen ternyata juga ditemukan di bumi. Sementara meteorit yang lainnya diperkaya dengan bahan dari kerak dan atmosfer Mars.

Meteorit dari mantel Mars ternyata kering. Sementara, meteorit yang diperkaya tersebut diyakini memiliki kandungan air 10 kali lebih banyak. Ini menunjukkan bahwa permukaan Mars pernah mengalami keadaan yang sangat basah pada satu waktu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Ada teori yang bersaing menjelaskan komposisi meteorit Mars yang beragam," kata Usui. Menurutnya, sampai penelitian ini belum ada bukti langsung bahwa lava primitif Mars berisi material dari permukaan planet merah ini.

LIVE SCIENCE | ISMI WAHID

Terpopuler:
BBM Lelet? Cobalah Aplikasi Gold Messenger 

Cina Akan Bangun Gedung Tertinggi dalam Tiga Bulan

Kiamat Suku Maya Dimanfaatkan Biro Wisata

iPad Mini, Tablet Mumpuni nan Ringan

Tubuh Reptil Ternyata Mengecil di Daerah Dingin 

Will.i.am Bakal Ubah Smartphone Jadi Genius Phone

Nge-twit, Blogger Cina Diancam 5 Tahun Penjara  


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

38 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.