TEMPO.CO, Jember -- Siswa Sekolah Dasar Negeri 5 Solor, Desa Solor, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso, sejak 2005 belajar di gubuk bambu beralaskan tanah. Sebanyak 53 murid bersekolah dengan dinding anyaman bambu seluas 12 x 6 meter itu. Atap sengnya pun berlubang di sana-sini.
Sekolah gubuk bambu itu hanya sepelemparan batu dari kandang sapi milik warga setempat. "Ya, memang begini kondisinya. Kalau hujan deras, terpaksa di rumah penduduk," kata Kepala SDN 5 Solor Erni Sugiarti.
Di gubuk tanpa jendela itu, para murid yang terbagi dalam enam kelas belajar. Erni bersama lima guru lainnya mengajar para murid dengan enam papan tulis berukuran 100 x 50 sentimeter, yang diikat dengan kawat ke dinding bambu. Para guru hanya duduk di kursi plastik, tak ada meja khusus untuk mereka. "Tanah ini hibah dari warga. Jadi semuanya di sini ruang kelas sekaligus ruang guru dan kantor," ujarnya.
Menurut Erni, sekolah gubuk itu didirikan dengan dana swadaya masyarakat. Sejak akhir 2005, kata dia, sekolah sudah dua kali mengajukan proposal pembangunan gedung sekolah yang lebih layak ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso. Namun, hingga kini, belum ada tanggapan.
Erni berharap Pemerintah Kabupaten Bondowoso segera membangun gedung sekolah baru agar proses belajar-mengajar menjadi lebih baik. "Apalagi beberapa murid kami pernah berprestasi juara lomba matematika dan lomba tenis meja tingkat kecamatan dan kabupaten," katanya.
Wakil Ketua Dewan Pendidikan Bondowoso Miftahul Huda mengatakan Dinas sudah merencanakan membangun gedung SDN 5 Solor pada 2013. "Hasil klarifikasi ke Dinas, alokasi untuk sekolah itu sudah ditetapkan dalam APBD 2013," kata dia.
MAHBUB DJUNAIDY