Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Laporan dari Suriah, Dapat Tasbih dari Gerilyawan  

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Tentara Pembebasan Suriah, berpose di Suriah, pertengahan Oktober lalu. Tempo/Pramono
Tentara Pembebasan Suriah, berpose di Suriah, pertengahan Oktober lalu. Tempo/Pramono
Iklan

TEMPO.CO, Allepo - Di Pasar Souk al-Madina, Aleppo, Ahad empat pekan lalu, Ahmad Keeko menatap tajam ke arah saya. Kalashnikov tergenggam di tangan anggota Tentara Pembebas Suriah itu. Kepada Alaaeddin, penerjemah saya, dia bertanya mengenai negara asal saya. Setelah mendengar jawaban Alaaeddin, dia kembali bertanya. “Muslim?” Alaaeddin menggeleng.

Nyaris di semua daerah yang dijaga pemberontak, para gerilyawan bertanya asal negara dan agama saya. Mungkin karena kulit saya cokelat dan tak berjenggot, sementara mereka  mayoritas berkulit putih dan berbulu. Mereka penasaran. Sebelum memasuki Suriah, Ahad empat pekan lalu, sejumlah teman menakut-takuti saya, atau memberi informasi yang salah. “Hati-hati, pemberontak bisa menembak kepalamu kalau mereka tahu kamu bukan muslim,” kata seorang bekas mahasiswa di Suriah.

Inilah yang membuat saya sedikit—atau banyak—cemas. Saat memilih Alaaeddin sebagai penerjemah, saya memberi tahu bahwa saya bukan muslim, tapi saya datang dari negara muslim terbesar di dunia. Pria 30 tahun asal Azaz, utara Suriah itu, hanya tersenyum.

Jadilah, di Souk al-Madina, rasa cemas itu muncul kembali. Ada tujuh gerilyawan di salah satu bagian pasar tua—dibangun pada abad ke-14—dengan senapan dan pistol yang siap menyalak. Karena setelah tahu saya bukan muslim, Ahmad Keeko tersenyum hangat. Mungkin itu senyuman yang paling membuat saya lega. “Ahhh.. no problem, no problem,” kata bekas guru SMA itu sambil tersenyum. Mungkin itu senyum yang terbaik dan paling melegakan hati saya.

Ahmad kemudian memeluk saya, lalu memberi ciuman di pipi kanan dan pipi kiri dua kali. Jarinya menunjuk dada saya dan kemudian ke dadanya sendiri. "Brother." Teman-temannya yang lain mempersilakan saya duduk, lalu menuangkan teh. Dan ini salah satu teh terbaik dalam hidup saya. Di semua pos, para gerilyawan yang menanyakan agama dan negara saya juga menyambut baik.

Mereka begitu hangat meski saya yakin mereka bisa berubah drastis saat tembak-menembak. Beberapa malah minta foto bersama. Ahmad Keeko bahkan memberi saya tasbih kuning keemasan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tentu ada saja gerilyawan yang menyebalkan. Sabtu dua pekan lalu, saat saya berkendara keluar dari Aleppo, seorang pria bersorban yang mengemudikan truk dan menyapa. Saat itu tangan saya tengah memegang kamera untuk memotret suasana perjalanan. Sepuluh menit kemudian, truk itu mendahului dan menyuruh kami berhenti. Lalu, dia meminta Abdo Ibrahim, penerjemah yang bersama saya, menunjukkan surat izin.

Ia bercakap sejenak dengan Abdo, lalu Abdo bertanya apakah saya memotret pria itu. Saya jawab tidak dan saya minta dia datang untuk memeriksa hasil jepretan. Tapi dia menggeleng. Lalu, ia mempersilakan kami pergi. “Tak semua pemberontak mau dipotret,” kata Abdo.

PRAMONO (ALLEPO)

Berita Terkait:
Oposisi Suriah Butuh Bantuan Dana Rp 577 Triliun 

Pejuang Islam Suriah Tolak Blok Oposisi 

Penerjemah di Suriah Mirip Antonio Banderas 

Sulitnya Mendapat Selembar Roti di Suriah

Oposisi Suriah Angkat Duta Besar untuk Prancis

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi

12 Januari 2018

Bahrun Naim saat menjalani sidang kepemilikan amunisi di Pengadilan Negeri Solo, Jawa Tengah, pada 9 Juni 2011. Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyatakan Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Bahrun Naim diduga berada di balik serangan teror bom Sarinah di jalan MH Thamrin, Jakarta. ANTARA/DOK SOLOPOS/Dwi Prasetya
CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi

Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya sudah melakukan konfirmasi soal kematian Bahrun Naim.


Gadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB

18 Oktober 2017

Bana al-Abed dengan ibunya, Fatemah, di dekat Bryant Park di New York. nytimes.com
Gadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB

Bana Al Abed, gadis cilik yang mencuit pengalamannya sebagai penduduk Aleppo, Suriah saat dikepung pemberontak diundang ke markas PBB di New York.


Tujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah

13 Agustus 2017

Relawan medis White Helmet. middleeasteye.net
Tujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah

Belum jelas apakah serangan terhadap 7 relawan White Helmets dilakukan atas motif politik atau kriminal


Beredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah  

31 Juli 2017

Sejumlah pengungsi Suriah berada di sekitar puing-puing kamp yang terbakar di kota Bar Elias, lembah Bekaa, Lebanon, 4 Juli 2017. REUTERS/Hassan Abdallah
Beredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah  

Beredar video penjaga perbatasan Turki menyiksa pengungsi Suriah.


Indonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah

28 Juli 2017

Duta Besar RI untuk Suriah Djoko Harjanto menyerahkan dua ambulans sumbangan dari rakyat Indonesia kepada rakyat Suriah, 26 Juli 2017. KBRI Damaskus
Indonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah

KBRI Suriah menyerahkan dua ambulans bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa dan MER-C kepada Palang Merah Suriah


Rumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah

23 Juli 2017

Seorang petugas berada dalam satu ruangan di rumah sakit bawah tanah Suriah. thesun.co.uk
Rumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah

Guna menghindari terjangan peluru dan bom dari dua pihak yang berperang di wilayah tersebut, petugas medis Suriah membangun rumah sakit bawah tanah


Kedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri

17 Juli 2017

Ratusan potongan tangan manekin berserakan di depan gerbang Kedutaan Rusia di London, Inggris, 3 November 2016. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap serangan yang dilancarkan Rusia di Aleppo, Suriah. REUTERS
Kedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri

Media pemerintah Suriah meleporkan kedutaan Rusia di Damaskus mengalami penembakan dengan artileri yang menyebakan kerusakan materi.


Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung

15 Juli 2017

Pro-Assad dan oposisi berkelahi saat debat di televisi. independent.co.uk
Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung

Perdebatan sengit terjadi antara Bilal Daqmaq, kritikus Assad, dan Ahmad Shlash, mantan anggota parlemen Suriah


Dokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis

14 Juni 2017

Seorang petugas berusaha menyelamatkan anak yang terkena serangan gas yang diduga beracun kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 6 Maret 2017. Sekitar 100 orang tewas dan lebih dari 350 lainnya menderita sakit akibat serangan gas tersebut. Social Media Website via Reuters TV
Dokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis

Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan.


Hina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB

18 Mei 2017

Roba Al-Hajli, jurnalis pro-Assad yang dikeluarkan dari gedung PBB di Genewa. english.alarabiya.net
Hina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB

Delegasi oposisi di PBB mengajukan komplain atas sikap jurnalis Hajli termasuk perilakunya yang dianggap melanggar kode etik jurnalistik.