TEMPO.CO, Jakarta - Munculnya optimisme para pelaku pasar terhadap perekonomian Cina serta Yunani akan segera mendapatkan bantuan membuka ruang bagi rupiah untuk melanjutkan penguatannya mendekati level 9.600 per dolar Amerika Serikat. Mata uang yang euro yang menguat hingga mendekati ke US$ 1,3 yang memicu pelemahan dolar AS membuka ruang penguatan rupiah.
Aktivitas manufaktur Cina yang mulai menunjukkan ekspansi di bulan November serta meningkatkan indeks iklim bisnis di Jerman mampu meredakan kekhawatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi global, sehingga pelaku pasar mulai berani kembali memburu aset-aset dalam mata uang yang berisiko dan berimbal hasil tinggi.
Rupiah, yang merupakan salah satu mata uang yang berimbal hasil tinggi di pasar berkembang berhasil menguat ke posisi 9.613 per dolar Amerika akhir pekan lalu. Yang berarti menguat 16 poin (0,17 persen) dari posisi pekan sebelumnya di 9.629 per dolar AS.
Melihat kondisi global yang cukup positif membuat rupiah masih berpeluang menguat mengawali transaksi minggu ini. “Namun penguatannya masih cukup terbatas,” kata Tonny Mariano, pengamat pasar uang dari PT Harvest International Futures.
Pergerakan rupiah belum banyak berubah dan masih akan berada dalam rentang antara 9.600 hingga 9.650 per dolar AS seperti dalam beberapa pekan terakhir. Belum adanya berita positif dari faktor domestik membuat rupiah belum bisa menguat lebih jauh.
Bahkan menjelang akhir bulan, dimana kebutuhan dolar Amerika dari korporasi akan cenderung meningkat bisa menjadi ganjalan bagi apresiasi mata uang lokal. Tonny, bahkan memperkirakan bahwa hingga akhir tahun bisa melemah hingga ke 9.700 per dolar AS. “Akan tetapi, Bank Indonesia yang selalu tetap siaga di pasar pelemahan rupiah juga tidak akan terlalu dalam,” dia memaparkan.
Perhatian pelaku pasar minggu ini adalah pertemuan para Menteri Keuangan Uni Eropa yang akan kembali membahas pengurangan rasio utang dan kucuran dana talangan bagi Yunani yang akan berlangsung hari ini. Pekan lalu, Bank Sentral Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) gagal mencapai kesepakatan untuk penyelesaian bagi Yunani.
PDAT | VIVA B. K