TEMPO.CO, Jakarta - Menggunakan kursi roda, perancang Ramli memasuki ruangan Kempinski Ballroom, West Mall lantai 11 Grand Indonesia, Rabu lalu. Dia tersenyum dan menyapa semua tamu undangan. Mengenakan kemeja Nehru panjang warna biru, celana hitam, dan syal sutra bermotif tikar dari Kepulauan Riau, Ramli terlihat bersemangat.
Padahal, sudah hampir tiga tahun ini Ramli menderita kanker usus stadium empat yang membuatnya sering merasa kesakitan. Namun, dalam peragaan busana dan peluncuran buku berjudul Legacy of Ramli, 37 Tahun Berkarya untuk Indonesia, Ramli terlihat cerah. “Malam ini menjadi saat yang membahagiakan saya. Dalam kondisi begini, saya masih didukung, didampingi para sahabat yang banyak membantu,” katanya.
Ramli tampak menyembunyikan rasa sakitnya, meski itu tak selalu berhasil. Kadang kita bisa melihat jejak kesakitan dan kelelahan, bahkan sempat dua kali menelan obat demi mengurangi rasa sakitnya. Sesekali, Mien Uno, yang berada di sampingnya, mengelus lembut bahu Ramli. “Saya bahagia Tuhan berbaik hati kepada saya sehingga malam ini saya berhasil melewati 37 tahun melakukan sesuatu atau berkarya untuk Indonesia. Mudah-mudahan akan ada ke-38, 39, dan seterusnya. Amin!” ujarnya disambut antusias tepuk tangan.
Dalam peragaan ini, Ramli menghadirkan 100 koleksi yang terinspirasi oleh bordir dan kebaya Betawi, lalu batik Sampang Madura, kemudian pengembangan motif tikar dan ukiran dari kain tenun Kepulauan Riau dan motif tapis serta kebaya sulam dari Lampung. “Saya bangga menjadi orang Indonesia. Setiap daerah seolah memberikan wejangan budaya melalui kain-kainnya,” kata perancang yang sekarang berkepala plontos ini.
Ramli pun menjelaskan, selama tiga dasawarsa lebih berkarya, dia mendapat wejangan bukan hanya seputar kain, tapi juga tentang kehidupan, kearifan lokal setiap daerah. “Wejangan ini semoga tidak putus, yang akan diteruskan generasi mendatang dan memiliki kecintaan sama seperti saya.” Dan, sebagai salah seorang yang turut bertanggung jawab dan meramaikan perkembangan serta kemajuan mode Indonesia, Ramli mengaku berpegang teguh menghormati wejangan budaya Indonesia itu.
Peragaan ini memakai tekstil tradisional dari empat provinsi, yaitu Jakarta, Jawa Timur (Sampang, Madura), Kepulauan Riau, dan Maluku. Koleksinya terbagi mulai dari aneka busana kasual, kantor, resort dress, gaun malam, kebaya, tunik, abaya, hingga gamis. Untuk pria, ada baju koko, kemeja, jaket batik beritsleting, dan jas ala Nehru.
Ramli menuturkan bahwa koleksinya kali ini disajikan dengan penuh perjuangan. “Dalam kondisi sakit begini, kondisi saya sering naik-turun. Kadang, kalau lagi sehat, saya semangat bekerja. Ketika sakit, saya tidur. Di rumah saya sering sarungan sambil menerima tamu. Ketika saya merasa sakit, tinggal tidur sejenak, saat merasa lebih baik saya melanjutkan pekerjaan.”
Pada bordir dan kebaya Encim Betawi, Ramli menghadirkan blus atau atasan berkatun putih dan berbordir. Gayanya kasual. Atau ada dalaman dan rok yang dikenakan untuk ke kantor, dengan warna putih, krem, merah jambu, dan cokelat. Ia banyak memakai bordir dan sulaman, yang merupakan kekuatan desainnya.
Kemudian, Ramli menghadirkan aneka batik dalam berbagai warna dan bahan. Pada batik Sampang, Ramli memasukkan batik prada bermotif karapan sapi pada rok melebar. Kemeja kasual, rompi, baju koko warna hitam, atau baju ala Madura belang-belang merah-putih dikombinasikan dengan batik bermotif tembakau, flora, dan karapan sapi. Pada kebaya, Ramli memakai bahan brokat, sutra, sifon, dan organdi yang juga beberapa diberikan bordir dan ditempel motif batik.
Begitu pula dengan aneka gaun malam dan busana muslim. Pada 1980-an dan 1990-an, busana muslim Ramli menjadi idola, seperti tunik, gamis, abaya, dan kaftan dari bahan polos ataupun bahan yang diberi sentuhan bordir. Pada malam itu, koleksi busana muslim yang bersiluet klasik, feminin, dan anggun melengkapi kepiawaian Ramli.
Mien Uno, sahabat Ramli, ikut tampil sebagai model. Di atas panggung, Mien menemani Ramli dalam acara pemberian bunga dari para sahabat. Ketika dia ngedeprok atau duduk di lantai meraih bunga dari para tamu, Mien tampak khawatir dan beberapa kali memegang lembut bahu sahabatnya. “Ramli tipe orang yang fight. Dalam sakit pun terlihat gagah, tidak mau berkursi roda. Dia tetap bersemangat memberikan selendang sambil memantaskan ke orang yang diberi selendang,” ucap Mien.
“Ramli adalah inspirasi dan wejangan dunia mode Indonesia. Dia selalu punya kejutan dengan kain-kain lokal yang tidak pernah berhenti untuk eksplorasi,” ujar Rima Melati, mantan bintang film dan sahabat Ramli.
HADRIANI P.
Berita Terpopuler
Lensa Matamu Bisa Jadi Ancaman
Jangan Bawa Stres Kantor ke Rumah
Gusti Indri Luncurkan Buku Jalan Hidup Putri Bangsawan
ECG, Pendeteksi Jantung Tanpa Ahli Jantung