TEMPO.CO, Padang - Perbukitan di sekitar Lembah Anai Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, labil dan rentan terjadi bencana. Apalagi, setelah gempa besar di provinsi itu pada 30 September 2009. Struktur tanah dan bebatuan di sana telah berubah.
Itulah yang menyebabkan meluapnya air terjun Lembah Anai ke badan jalan dan jembatan, Minggu sore, 25 November 2012. "Sifatnya sudah permanen. Sehingga, air tak lagi tersimpan," kata Manajer Pusat Kendali Operasi Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Propinsi Sumatera Barat Ade Edward kepada Tempo, Senin, 26 November 2012.
Apalagi saat hujan deras, meskipun hujan sebentar. "Air bah tak bisa lagi dicegah," ujarnya. Batu dan tanah itu tak lagi menyerap air. "Sejak gempa 2009 lalu, bencana seperti hampir tiap tahun terjadi," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah perlu memberikan peringatan dini kepada masyarakat yang melintasi daerah itu pada saat hujan. Juga menyiagakan peralatan dan tim SAR serta melakukan persiapan tanggap darurat.
Seperti diketahui, tumpahnya air terjun ke jalan menyebabkan kemacetan panjang Minggu sore di jalur Padang-Bukit Tinggi. Arya Ghuna, 23 tahun, seorang pengguna jalan, mengatakan tinggi air sampai dua meter.
Sehingga, pengguna sepeda motor melewati rel kereta api di atas ruas jalan itu untuk menuju ke seberang. "Agar cepat sampai tujuan, kami yang menggunakan sepeda motor melewati rel kereta api," ujar Arya yang hendak menuju Pekanbaru, Riau.
Namun, menurut Arya, saat kejadian itu ada pula orang-orang yang mengambil keuntungan dengan melakukan pungutan liar. Tiap sepeda motor dipungut Rp 30 ribu. "Jika tak mau bayar, kita tak diperbolehkan melewati rel itu."
Sementara, Widya (22), yang hendak ke Payakumbuh, mengatakan macet di daerah itu sampai dua jam. "Saat air kembali surut, kami baru bisa melanjutkan perjalanan," ujarnya.
ANDRI EL FARUQI