TEMPO.CO, Malang - Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Malang, Selasa 27 November 2012, harus ditutup beberapa jam. Penyebabnya karena terjadi keterlambatan pasokan bahan bakar minyak bersubsidi sejak dua hari terakhir. Warga Kota Malang pun kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi.
"Sejak dua hari pasokan terlambat," kata pengelola SPBU di Jalan Panglima Sudirman, Sugiarto. Rata-rata kebutuhan per hari 24 kiloliter, tapi Pertamina hanya mengirimkan 16 kiloliter.
Ketua Himpunan Swasta Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Teuku Rizal Pahlevi, menjelaskan pembatasan pasokan BBM bersubsidi di Malang hanya berlangsung dua hari. "Tak banyak pengaruh, tapi pasokan mulai menipis," ujarnya.
Menurut Rizal, sebanyak 80 SPBU di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu) setiap hari membutuhkan 900 kiloliter. Rizal berharap distribusi BBM bersubsidi kembali lancar.
Juru bicara Pertamina Wilayah V Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara, Rustam Aji, mengatakan pasokan BBM bersubsidi sudah kembali normal. Selama 10 bulan terakhir dipasok Premium sebesar 3,2 juta kiloliter, solar 1,7 juta kil liter. Pasokan BBM bersubsidi yang dikeluarkan merupakan 85 persen dari kuota BBM bersubsidi Jawa Timur. "Pasokan Premium harian Jawa Timur sekitar 10.800 kiloliter, solar 5.700 kiloliter," ucapnya.
Dari total BBM bersubsidi yang disalurkan hingga Oktober, ternyata penggunaan Premium di Jawa Timur melebihi 2 persen dari kuota. Sedangkan solar lebih 4 persen. Kuota BBM bersubsidi di Jawa Timur sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2012 yang menyebutkan Premium 3,8 juta kiloliter dan solar 2 juta kiloliter.
Rustam menjamin pasokan BBM bersubsidi di daerah tak mengalami hambatan karena didistribusikan secara merata di semua daerah. Namun Rustam mengkhawatirkan masyarakat resah dan memborong BBM yang bakal mengancam pasokan BBM bersubsidi.
Pengendalian atau pengurangan kuota BBM telah berjalan selama sepekan, setelah pemerintah melalui Badan Pengaturan Hilir Minyak dan Gas Bumi mengurangi pasokan. Tujuannya, untuk mengendalikan subsidi BBM yang terus membengkak.
Namun pengurangan jatah BBM bersubsidi dihentikan untuk mencegah kerawanan sosial. Pertamina bakal secara optimal menjaga distribusi BBM bersubsidi agar tepat sasaran. Selain itu masyarakat diminta menghemat konsumsi BBM.
Saat ini kesadaran penggunaan BBM nonsubsidi meningkat hingga 40 persen sesuai dengan data penjualan BBM nonsubsidi, yakni Pertamax dan Pertamax Plus.
EKO WIDIANTO