Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nenek Moyang Kopi Indonesia Nyaris Punah

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Ilustrasi kopi. sxc.hu
Ilustrasi kopi. sxc.hu
Iklan

TEMPO.CO , Richmond: Sejarah kopi selalu dimulai dari negeri Etiopia dan akan berakhir di sana. Tujuh dekade mendatang, kopi liar yang hidup di hutan tropis negeri itu akan punah untuk selamanya.

Ramalan kepunahan kopi muncul dari analisis peneliti Inggris dan Etiopia yang dilaporkan pada awal November 2012 melalui jurnal ilmiah PLoS ONE. Analisis dikerjakan melalui bantuan mesin pembaca nasib kopi yang dibuat menggunakan program komputer. Kopi pada penelitian ini pun dipiliha, yaitu kopi arabika yang merupakan spesies kopi paling diminati di dunia.

"Kepunahan kopi arabika bisa terjadi pada 2080," ujar Aaron P. Davis, peneliti dari Royal Botanic Gardens yang berbasis di Surrey, Inggris, dalam kesimpulan laporannya.

Penikmat kopi memang sangat bergantung pada kopi dengan nama spesies Coffea arabica ini. Kopi arabika menguasai 70 persen penjualan kopi di seluruh dunia--30 persen sisanya berasal dari kopi robusta.

Kecanduan penikmat kopi terhadap spesies arabika disebabkan rasanya yang sangat kaya. Ragam rasa kopi arabika merentang mulai dari paling lembut dan manis hingga yang beraroma paling tajam. Biji kopi arabika yang belum disangrai mengeluarkan aroma mirip blueberry. Setelah disangrai, biji kopi ini menebarkan bau harum bercampur aroma manis buah-buahan.

Kopi-kopi yang dihasilkan di Indonesia umumnya berasal dari spesies arabika. Spesies ini masuk ke Indonesia pada masa kolonial. Di Sumatera, terdapat Kopi Gayo dan Kopi Mandailing. Kopi Jawa juga sangat terkenal sehingga nama pulau ini sangat lekat dengan nama kopi. Di Sulawesi, pecinta kopi mengenal Kopi Toraja yang khas. Pulau Dewata juga dikenal dengan produk Kopi Bali. Kopi arabika asal Indonesia dikenal memiliki rasa yang kuat.

Kopi-kopi khas Indonesia--begitu pula kopi arabika lain di seluruh dunia--memiliki akar jauh di Etiopia. Pada 2008, peneliti kopi Surendra Kotecha melalui Coffee Improvement Programme phase IV menyebut Etiopia sebagai gudang genetik kopi arabika. Sebanyak 98,8 persen ragam genetik kopi arabika tersimpan pada pohon-pohon kopi yang tumbuh liar di hutan Etiopia. Kopi arabika yang ditanam di luar Etiopia--termasuk di Indonesia--hanya menyumbang 0,2 persen dari keragaman genetik spesies arabika.

"Kopi arabika liar di Etiopia bersama keragamannya sangat diperlukan dunia," kata Davis.

Spesies arabika umumnya tumbuh baik di udara bersuhu 18-21 derajat Celsius. Beberapa varietas beradaptasi agar tetap produktif hingga suhu 24-25 derajat Celsius, seperti yang terjadi di perkebunan di timur laut Brasil.

Sayangnya, kata dia, perubahan iklim mengancam kehidupan pohon kopi arabika liar. Peneliti dan petani mengetahui kopi ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Jika suhu meningkat hingga 2 derajat Celsius dari kondisi awal, biji kopi matang lebih cepat dibarengi penurunan kualitas rasa. Kenaikan yang lebih tinggi malah menimbulkan stres terhadap tumbuhan ini. Depresi pada pohon kopi liar biasanya menyebabkan daun menguning bahkan munculnya tumor pada batang.

Data yang dikeluarkan Intergovernmental Panel on Climate Change pada 2007 memprediksi suhu bumi naik setidaknya 1,8 derajat Celsius pada akhir abad ke-21. Skenario terburuk menyebutkan kenaikan mencapai 4 derajat Celsius. Sebagai perbandingan, kenaikan suhu bumi sepanjang abad ke-20 berkisar antara 0,56-0,92 derajat Celsius, peningkatan signifikan terjadi sejak era 1970-an.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk melakukan analisis, peneliti harus pergi ke museum untuk mengumpulkan data varietas kopi arabika liar. Untuk meniru kehidupan kopi di alam, mereka membuat model penyebaran setiap varietas kopi. Penyebaran ini dijalankan hingga tahun 2080 dengan memperhitungkan efek perubahan iklim.

Model perubahan sebaran kopi arabika liar ini diketahui sebagai yang peratama di dunia. Hasil yang ditampilkan sangat baik, ditunjukkan oleh resolusi data yang mencapai 1 kilometer.

Setelah menjalankan program komputer, mereka bisa melihat pada 2080 kopi arabika liar akan hancur hingga 65 persen untuk skenario perubahan iklim paling minimal. Jika perubahan iklim terjadi sangat ekstrem, 99,7 persen kopi arabika liar akan punah.

"Model ini secara jelas menunjukkan perubahan iklim melahap penyebaran kopi arabika liar," kata dia.

Davis mengatakan, ancaman kepunahan bisa terjadi lebih cepat dan lebih parah. Sebab, analisis yang ia lakukan hanya memperhitungkan faktor perubahan iklim. Padahal, terdapat faktor perambahan hutan mengancam kehidupan tanaman kopi selama beberapa tahun terakhir di Etiopia.

Faktor negatif lain muncul dari hama dan penyakit. Kopi arabika terkenal sebagai spesies yang sangat sensitif terhadap gangguan organisme lain. Ancaman tambahan muncul pula dari perubahan waktu berbunga dan pengurangan jumlah burung penyebar bibit kopi.

ANTON WILLIAM


Baca juga:
Kopi Indonesia Ibarat Anggur

Ada 11 Spesial Kopi Indonesia

Kental Rasa, Itu Kelebihan Kopi Indonesia
Rahasia Rasa Kopi Indonesia dan Kopi Gayo
Bagaimana Cikal Bakal Kopi Indonesia

Kopi Indonesia dan Kopi Premium Kita
Apa fakta dan Data soal Kopi Indonesia

Rahasia Nikmat Secangkir Kopi ala Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.


Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

23 Februari 2022

Ilustrasi tikus. Getty Images
Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

Para ilmuwan meneliti tikus, karena ukurannya yang kecil, mudah disimpan dan dipelihara. Tikus juga dapat beradaptasi di lingkungan baru